Jejak Langkah
Nama Sumardjono tidak bisa dilesapkan begitu saja dari pembicaraan mengenai keberadaan sandiwara radio berbahasa Jawa.Â
Lelaki kelahiran Yogyakarta, 2 Desember 1930, dengan pendidikan formal Sekolah Dagang inilah yang "membidani" dan memperkenalkan sandiwara berbahasa Jawa lewat RRI Nusantara II Yogyakarta melalui program siaran Sandiwara Radio dalam Bahasa Daerah.Â
Sandiwara radio berbahasa Jawa mulai disiarkan tahun 1965 dengan menggunakan nama grup "Keluarga Jogja".Â
Peran Sumardjono dalam penyelenggaraan program tersebut sangat penting. Selain sebagai penggagas, ia menjadi penulis naskah, pemain, dan sutradara (pengarah dialog).Â
Dari tangannya, selama 21 tahun terlibat, telah lahir 780 naskah sandiwara radio bahasa Jawa, baik hasil tulisan sendiri, adaptasi, maupun terjemahan, antara lain "Pamoring Moral Kasetiyan", "Sangsara dening Pengangen-Angen" (Madamme Bovary---Gustave Flaubert), "Godril" (Anak Perawan di Sarang Penyamun---Sutan Takdir Alisjahbana), dan "Anna Karmila" (Anna Karenina---Leo Tolstoy).Â
Konon cerita terjemahan/adaptasi dari novel asing dihasilkan Sumardjono atas bantuan istrinya, Asri, yang bekerja sebagai petugas perpustakaan  Jawatan P  dan K. Ia menguasai bahasa Belanda, Inggris, dan memahami bahasa asing lainnya. Â
Biasanya Asri  membaca beberapa novel asing kemudian  menceritakan ulang di depan suaminya. Sumardjono mengolahnya menjadi naskah sandiwara radio. Sejauh mana cerita asli (asing) berpengaruh dalam naskah sandiwara berbahasa Jawa sangat ditentukan oleh kemampuan Asri dalam menceritakan ulang kepada Sumardjono.
Siaran sandiwara berbahasa Jawa begitu populer antara tahun 1966 Â hingga akhir 1970-an. Banyak cerita (sandiwara) yang disiarkan secara bersambung dan memikat perhatian pendengar kala itu: "Godril", "Raden Mas Basuki", dan "Perkutut".Â
Nama-nama pemain sandiwara turut berkibar dan melekat di telinga pendengar: Habib Bari, Hastin Atas Asih, Uun Pratiwi, Â Muchammad Suhud, Sri Lestari, Maria Kadarsih, dan Sabikis (nama samaran Sumardjono).Â
Setelah Sumardjono tidak aktif, siaran sandiwara radio bahasa Jawa di RRI Nusantara II Yogyakarta dipercayakan kepada Maria Kadarsih yang kemudian menulis naskah dan menjadi sutradara.Â
Terdapat perbedaan bahasa dan format penulisan naskah siaran radio berbahasa Jawa antara Sumardjono dan Maria Kadarsih. Kepopuleran siaran sandiwara radio berbahasa Jawa kemudian diikuti oleh radio swasta di Yogyakarta.
Kutut dan Cerita Lainnya
Nostalgia terhadap zaman keemasan sandiwara radio berbahasa Jawa melahirkan eforia "kehebatan" masa lalu dan memunculkan gagasan pembinaan bagi peminat/penulis naskah sandiwara radio berbahasa Jawa.Â