Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relevansi Sastra dan Budaya

26 Januari 2023   07:30 Diperbarui: 26 Januari 2023   13:07 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel klasik  Sitti Nurbaya/Foto: Hermard

/1/

Fenomena  menarik dalam perkembangan karya sastra Indonesia adalah munculnya beberapa karya sastra yang berusaha mengedepankan subkultur berbagai budaya daerah sebagai elemen pembentuk cerita. Novel Sitti Nurbaya (1922) dan Azab dan Sengsara (1921) berupaya mengangkat subkultur ranah Minangkabau.

Novel Orang Buangan (Harijadi S. Hartowardoyo, 1971) dan novelet Sri Sumarah dan Bawuk (Umar Kayam, 1975) memperkenalkan budaya Jawa, Pulau (Aspar, 1976) menampilkan subkultur Bugis atau Makasar, Upacara (Korie Layun Rampan, 1978) menampilkan latar subkultur masyarakat Kalimantan, dan Bila Malam Bertambah Malam (Putu Wijaya, 1971) mengedepankan subkultur Bali. 

Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa/Foto: Hermard
Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa/Foto: Hermard
Kemudian pada tahun 1983 Mangunwijaya mencoba mengangkat subkultur Ternate lewat novel Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa. Upaya pengedepanan berbagai subkultur tersebut setidaknya membuktikan bahwa karya sastra mampu menunjukkan fungsinya yang khas, merefleksikan kehidupan sosial budaya  dan mencerminkan pengaruh timbal balik antara faktor sosial dan kultural masyarakat dari wilayah tertentu. 

Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya mempertimbangkan eksistensi sastra sebagai medium komunikasi budaya. Di samping karya sastra harus dipelajari dalam konteks  seluas- luasnya. Karya  sastra merupakan hasil pengaruh timbal balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural. 

Sastra memaparkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. 

Sistem nilai, adat kebiasaan, dan intuisi-intuisi yang hidup dalam masyarakat dihayati oleh sastrawan dan diendapkan dalam dirinya, kemudian diungkapkan kembali lewat karya sastra yang memiliki spesifikasi estetik imajinatif.  

Pembahasan dan novelet Sri Sumarah/Foto: Hermard
Pembahasan dan novelet Sri Sumarah/Foto: Hermard
Kuntowijoyo  berpendapat bahwa karya sastra sebagai simbol verbal mengakibatkan sastrawan dalam mewujudkan karyanya setidaknya mempunyai tiga peranan, yaitu menanggapi realitas (mode of comprehension), berkomunikasi dengan realitas (mode of comunication), dan menciptakan kembali realitas (mode of creation). 

Dengan adanya tiga peranan tersebut, pengarang dalam mewujudkan karya sastra dipengaruhi oleh lingkungan dan interes pribadinya  (merupakan bagian dari suatu elemen dalam struktur masyarakat yang lebih luas). 

Sastra bukan sekadar permainan imajinasi yang pribadi sifatnya; sastra merupakan rekaman atas tata cara zamannya   suatu perwujudan macam pikiran tertentu. 

Lebih tegas, Grabstein (dalam Damono) menyimpulkan bahwa karya sastra tidak akan dapat dipahami secara lengkap apabila dipisahkan dari lingkungan kebudayaan yang menghasilkannya.

/2/
Hal menarik dalam perkembangan karya sastra (khususnya prosa) Indonesia pada tahun 1980-an ditandai dengan terbitnya beberapa karya sastra yang berusaha mengangkat latar Jawa lewat fakta sastra sebagai elemen pembentuk cerita. 

Roro Mendut/Foto: Hermard
Roro Mendut/Foto: Hermard
Latar Jawa yang muncul dalam karya sastra Indonesia tahun 1980-an mempunyai daya tarik tersendiri,  pada gilirannya mampu menggeser pernyataan Ashadi Siregar  bahwa kecenderungan umum novel Indonesia tidak mengidentifikasikan pelaku atau figur yang diceritakan dalam kaitannya dengan budaya etnis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Video Pilihan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun