Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Puisi dan Bagaimana Cerita Pendek?

27 November 2022   21:23 Diperbarui: 27 November 2022   22:07 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pertanyaan yang terasa sederhana tetapi sulit dijawab dilontarkan seorang guru, apa beda antara puisi dan cerpen?

Beberapa tahun silam kita bisa menjawab pertanyaan itu dengan mudah karena definisi puisi memiliki batasan yang jelas, terdiri atas bait-bait, setiap bait terdiri atas empat baris, memiliki irama dan persajakan. Defini puisi yang seperti itu sekarang terasa menjadi janggal dan tidak bisa dipercaya sepenuhnya. 

Perhatikan saja puisi-puisi naratif Sapardi Djoko Damono, Afrizal Malna, Ajip Rosidi, bahkan beberapa puisi Rendra dalam bentuk balada ("Balada Sumilah", "Nyanyian Angsa"), puisi-puisi tersebut tidak lagi dibatasi oleh bait dan persajakan. 

Puisi-puisi mereka hadir sebagai sebuah cerita (naratif) yang terdiri atas beberapa alenia dan tidak mempedulikan persajakan akhir. Lalu apakah karena tidak mempertimbangkan persajakan dan bait-bait, maka puisi-puisi naratif  itu tidak bisa didefinisikan sebagai puisi?

Saya berusaha menjawab pertanyaan "pelik" tersebut dari sisi proses penulisan dan struktur pembangun cerita pendek dan puisi.  Bagi saya, menulis karya kreatif berupa puisi dan cerita pendek, tentu dilakukan dengan teknik yang tidak sama karena keduanya memiliki proses dan struktur  penulisan yang berbeda.  Faktor pembeda tersebut meliputi kadar kepadatan dan cara pengekspresian. Prosa memiliki  dunia yang lebih cair karena sifatnya naratif dan merupakan media ekspresi konstruktif. 

Dengan demikian, karya prosa memiliki peluang untuk menyampaikan penjelasan dengan lebih terinci, memberikan informasi secara merenik, serta berpeluang menguraikan sesuatu hal atau peristiwa kepada pembaca. Bahkan memungkinkan terjadinya degresi (penyimpangan cerita). 

Di sisi lain, puisi  lebih bersifat kontemplatif kreatif, proses pengungkapannya  melalui tahap konsentrasi dan intensifikasi.  Dalam penciptaan puisi  terjadi proses pemusatan terhadap  suatu fokus; sedangkan dalam prosa, suasana lain atau masalah  yang lain dapat saja muncul di luar suasana atau masalah pokok yang ingin diungkapkan seorang pengarang. 

Di sisi lain, puisi dibangun  oleh unsur (struktur) yang dikenal dengan (1) musikalitas, (2) korespondensi, dan (3) bahasa kiasan; sedangkan  cerpen (prosa) dibangun oleh unsur (struktur) yang terdiri atas (1) penokohan/perwatakan, (2)  alur, (3) latar, (4) pusat pengisahan atau point of view, dan (5) gaya bahasa. Meskipun demikian bukan berarti puisi tidak memiliki tokoh, latar, dan alur, perhatikan saja puisi-puisi naratif atau balada yang sudah kita bahas di awal pembicaraan. Puisi-puisi balada memiliki lebih dari satu tokoh, latar tempat tokoh bermain, dan alur cerita dari munculnya konflik sampai penyelesain konflik.

Herry Mardianto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun