Mohon tunggu...
Herry Dim
Herry Dim Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja seni, penulis seni/kebudayaan, dan lingkungan hidup

Pekerja seni, lukis, drama, tata panggung teater, menciptakan wayang motekar. Pernah menulis di berbagai media serta berupa buku, aktif juga dalam gerakan-gerakan lingkungan hidup dan pertanian. Kini menjadi bagian dari organisasi Odesa Indonesia, dan sedang belajar lagi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Beperang Melawan Perubahan Iklim

24 Oktober 2021   23:23 Diperbarui: 25 Oktober 2021   00:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Sebuah Catatan Kecil)

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 2015 telah meluncurkan "cetak biru" Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, disingkat SDGs) atau Keberhasilan Global (Global Goals). 

Cetak biru SDGs ini tertera di dalam Resolusi PBB yang disebut Agenda 2030, dimaklumatkan demi mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang dengan target pencapaian pada 2030. SDGs sendiri terdiri atas 17 butir cita-cita yaitu (1) Tanpa Kemiskinan, (2) Tanpa Kelaparan, (3) Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik, (4) Pendidikan Berkualitas, (5) Kesetaraan Gender, (6) Air Bersih dan Sanitasi, (7) Energi Bersih dan Terjangkau, (8) Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur, (10) Mengurangi Ketimpangan, (11) Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, (13) Aksi Iklim, (14) Kehidupan Bawah Air, (15) Kehidupan di Darat, (16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat, (17) Kemitraan untuk Keberhasilan.

Catatan ini bermaksud untuk melihat butir SDGs ke-13, Aksi Iklim, yang maksudnya adalah melakukan aksi atau tindakan darurat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya (take urgent action to combat climate change and its impacts).

Pertanyaannya: Mengapa harus melakukan tindakan segera?

Memperhatikan dua kata di dalam deskripsi 'Aksi Iklim' tersebut yaitu kata "darurat" (urgent) dan memerangi (combat), jelas mengandung impresi perlunya tindakan saat ini juga, jika tidak, maka seperti halnya dalam peperangan itu akan berujung pada kemusnahan. Perang di sini pun bukan sekadar bertahan (defence), menghindar agar selamat, atau kabur demi keselamatan diri; melainkan 'combat' atau tempur, aktif, menyerang.

Pertanyaan berikutnya: Apa yang darurat sehingga kita mesti aktif bertempur? Berperang dengan apa atau siapa sehingga menghindar pun takboleh?

Perang Melawan Perubahan Iklim

Intinya bukan pada masalah boleh atau takboleh menghindar, sebab peperangan yang kita hadapi ini bukanlah perang antar-manusia dengan persenjataannya yang masih mungkin dihindari, melainkan perang melawan perubahan iklim. Takada tempat bersembunyi atau menghindar dari pola perubahan cuaca, naiknya permukaan laut, dan peristiwa cuaca yang menjadi lebih ekstrem. Andai suatu saat, katakanlah, secara fisik terhindar atau menghindar; itu niscaya merupakan keterhindaran yang semu.

Sebut misalnya ihwal naiknya permukaan laut, ancaman pertamanya memang pada kota-kota atau hunian di dataran rendah yang takjauh dari laut dengan selisih atau kelebihan ketinggiannya hanya sedikit saja dari permukaan laut (dpl). Contohnya Jakarta yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata hanya 7 m dpl saja, Surabaya hanya 3 - 6 m dpl, dan Denpasar (Selatan) dengan ketinggian 0 - 12 m dpl, Kita tentu takberharap kota-kota ini terdampak perubahan naiknya permukaan laut. Namun, dalam konteks pikiran pendek "menghindar," memang secara fisik dan teknis kita bisa, misalnya, pindah hunian ke dataran yang lebih tinggi. Apakah ini sudah aman?

Itulah yang dikatakan aman yang semu karena semua pihak takakan terhindar dari efek dominonya berupa goncangan ekonomi, politik, dan kebudayaan pada umumnya. Sekali lagi, kita takberharap bahkan senantiasa berdoa agar kota-kota ini takterdampak perubahan naiknya permukaan laut. 

Tapi, di sisi lain, kita pun takbisa memungkiri kian santernya berita ataupun pandangan para ahli yang menyampaikan, misalnya, berupa prediksi bahwa DKI Jakarta dan 112 kota di Jawa bagian utara bakal tenggelam dalam sepuluh tahun mendatang. 

Secara umum semuanya takterhindarkan dari fenomena pemanasan global, pencairan gletser, dan naiknya permukaan laut. Sementara Jakarta bahkan ditambah lagi oleh persoalan penurunan permukaan tanah akibat pemakaian air tanah yang takterkendali. Manakala Jakarta mengalami derita, bukan berarti yang tinggal di Bandung atau kota-kota lainnya yang lebih jauh dan lebih tinggi itu terhindar dan takmengalami derita kelanjutannya. Jangan lupa, Jakarta itu selain menjadi pusat pemerintahan, pun merupakan urat nadi ekonomi dan bisnis Indonesia. Goncangan di Jakarta niscaya menjadi ancaman bagi seluruh Indonesia

Urusannya takhanya Jakarta-Bandung serta Indonesia, tapi menyangkut ekonomi global. Institut Swiss Re, misalnya, telah menyampaikan hasil analisisnya bahwa ekonomi dunia akan kehilangan hingga 18% PDB (Produk Domestik Bruto). Indeks Ekonomi Iklim Baru akan berdampak pada 48 negara, mewakili 90% ekonomi dunia. Disebutkan pula bahwa ekonomi di Asia akan terkena dampak paling parah, Tiongkok berisiko kehilangan hampir 24% dari PDB-nya, sementara ekonomi terbesar dunia, AS, akan kehilangan hampir 10%, dan Eropa hampir 11%.

Perubahan iklim merupakan ancaman jangka panjang terbesar bagi ekonomi global. Jika tidak ada tindakan mitigasi, suhu global bisa naik lebih dari 3C, ekonomi dunia bisa menyusut 18% dalam 30 tahun ke depan. Dampaknya baru dapat dikurangi jika tindakan tegas diambil untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam Kesepakatan Paris (Paris Agreement), demikian menurut Indeks Ekonomi Iklim Swiss Re Institute.

Jika angka-angka hasil analisis itu menjadi kenyataan, bisa kita bayangkan efek dominonya kepada munculnya gelombang pengangguran dan kemiskinan, bukan takmungkin menimbulkan kasus-kasus kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang memburuk, pendidikan terabaikan, dan seterusnya. Singkatnya, 17 butir cita-cita SDGs hanya akan menjadi impian.

Sumber keterpurukan dan bahkan penyebab kematian itulah yang harus diperangi. Dan galibnya, itu adalah peperangan dengan diri kita sendiri secara masing-masing ataupun dalam keseluruhan umat manusia. Mengapa?

Sebab, penyebab utama perubahan iklim itu sendiri tak lain adalah aktivitas manusia, kita sendiri. Kitalah yang setiap hari membakar bahan bakar fosil untuk berkendaraan dan lainnya, manusia pula yang mengubah lahan dari hutan menjadi pertanian bahkan menjadi lahan gundul. Berbagai sumber senada menyebutkan sejak awal Revolusi Industri, orang telah membakar lebih banyak bahan bakar fosil dan mengubah wilayah yang luas dari hutan menjadi lahan pertanian.

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida, gas rumah kaca. Efek rumah kaca inilah yang membuat bumi lebih hangat. Karbon dioksida dinilai sebagai penyebab utama perubahan iklim. Bagaimana cara perangnya?

Tempuh cita-cita Net-Zero Emissions. Hentikan sampai nol atau setidaknya kurangilah hingga sekecil mungkin sumber-sumber utama perubahan iklim. Lahan atau hutan yang sudah terlanjur gundul, segera tanami kembali, hijaukan kembali dengan pohon-pohon cukup besar untuk memproduksi oksigen, mendinginkan bumi, menyerap panas. Jika dalam beraktivitas bisa bersepeda, mengapa harus bermobil atau bersepeda motor? Jika di depan rumah kita terdapat sedikit lahan kosong, jangan biarkan terbengkalai dan mengapa tidak ditanami pohon?

Itu sekadar contoh kecil yang sejatinya bisa dilakukan setiap orang. Dengan mengurangi berkendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil, berarti telah ikut mengurangi efek rumah kaca. Dengan menanam pohon berarti menyumbangkan oksigen (O2) bagi bumi.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun