Mohon tunggu...
Herry Darwanto
Herry Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ingin menikmati hidup yang berkualitas

Penyuka musik keroncong & klasik, gemar berkebun, penggemar jajan pasar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikan Juga Punya Perasaan..

19 Februari 2017   10:27 Diperbarui: 19 Februari 2017   11:09 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: http://www.aquareale.com

Pernahkah melihat ikan marah-marah? Mungkin tidak pernah. Namun kalau melihat ikan bergembira ria menyambut makanan yang kita tebarkan tentunya pernah. Ya, ikan memang mempunyai perasaan seperti halnya kita, manusia. Menurut Jonathan Balcombe dalam bukunya What a Fish Knows, setiap ikan bisa berpikir, merasa, dan berperilaku. Mereka bukanbenda hidup tanpa perasaan dengan mata tak pernah berkedip dan kerjanya hanya makan, buang kotoran dan berenang kesana kemari tanpa tujuan. Ikan sebetulnya mempunyai emosi, selalu waspada, dapat berpikir untuk menggunakan senjata biologis saat bertahan dari ancaman, juga bisa berlaku sadis terhadap sesamanya.

Balcombe mengamati bahwa ikan-ikan juga bersifat sosial, suka melakukan ritual kegiatan bersama secara tertib, membangun ikatan persaudaraan dengan sesama spesies, beramai-ramai memburu mangsa, bahkan bisa menghukum anggotanya yang bertindak salah. Mungkin ikan juga bisa bersandiwara atau berpolitik, entahlah. Biarkan para ilmuwan yang mencari tahu...

Apa yang diuraikan Balcombe tersebut -walaupun saya  hanya membaca resensi bukunya- menambah pemahaman bahwa  ikan adalah layaknya mahluk hidup lain; bisa sedih, kecewa, marah dan senang. Maka saya menjadi tidak heran jika ikan-ikan di kolam saya akan berkumpul dan menyempil di ujung kolam manakala ada benda besar seperti ranting pohon terjatuh ke dalam kolam. Seekor ikan saya suka menyendiri, sementara yang lain selalu bersama-sama.

Beberapa kali saya menyaksikan menjelang waktu makan tiba, ikan-ikan tampak mondar mandir di bawah alat pemberi makan otomatis. Yang selalu terjadi adalah ketika seekor ikan menyerobot pakan pertama, yang lain kemudian ikut-ikutan memburu butir-butir pakan yang jatuh ke kolam.

Konon ikan-ikan bisa membedakan orang yang setiap hari memberi makan dengan orang yang hanya melihat saja. Orang yang biasa memberi makan akan mendapat sambutan yang meriah, sementara orang yang hanya menonton akan diacuhkan kehadirannya. Mirip manusia saja…

Namun ada kejadian yang saya selalu ingat terus. Ketika air kolam sangat keruh karena terlalu banyak makanan ikan saat saya salah menyetel lama waktu pada alat pemberi makan otomatis, maka ikan-ikan pun bergelagapan, tapi saya tidak berbuat apa-apa karena menyangka nanti juga akan habis dimakan. Mungkin pada saat itu mereka berteriak tolong, tolong… sampai kemudian keesokan harinya saya lihat ada beberapa ekor yang mati. Duh, sadisnya saya waktu itu, mestinya saya buang makanan ikan yang berlebihan tadi, yang membuat mereka sesak bernafas.

Hasil riset Balcombe menguatkan pendapat saya selama ini, bahwa memancing ikan merupakan hobi yang sadis. Saya paling tidak tega melihat ikan tergantung di ujung pancing karena rahangnya tersangkut di ujung kail yang tajam. Walaupun tidak ada darah yang keluar, namun saya merasa bahwa ikan itu pasti kesakitan, terlihat dari gerakannya yang meronta-ronta ingin melepaskan diri dari mata kail tersebut. Sementara pada pihak lain si pemancing tertawa gembira karena berhasil menangkap ikan. Ini betul-betul super sadis, pikir saya dalam hati. Namun saya tidak bisa protes, karena memancing sudah menjadi hobi banyak orang, termasuk teman-teman dan keluarga saya sendiri.

Mudah-mudahan para ilmuwan seperti Jonathan Balcombe terus membuka pemahaman orang mengenai ikan dan juga hewan-hewan lain, supaya tidak hanya manusia yang dapat menikmati dan menghargai hidup di muka bumi ini, namun juga mahluk hidup lain, secara damai dan menggembirakan.

--o0o--

Sumber: http://us.macmillan.com/whatafishknows/jonathanbalcombe/9780374714338

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun