Mohon tunggu...
Herold Kilapong
Herold Kilapong Mohon Tunggu... -

Suami yang bahagia, ayah yang dibanggakan!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Harus Pintar untuk Jadi Politikus Tapi Harus Pintar untuk Jadi Penulis

20 Januari 2015   22:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14217439811988508985

Misalnya tulisan ini. Harus pintar untuk membuat tulisan yang judulnya sekaligus kesimpulan. Kalau politikus, kesimpulan tidak terlalu penting dibandingkan kepentingan. Dan untuk mengetahui kepentingan anda tidak perlu pintar. Cukup bermodalkan tamak.

Lantas bagaimana dengan politikus yang baik? Nah, politikus yang baik tetap tidak perlu pintar. Tapi tulus. Ketulusan itulah yang membuatnya tetap baik walaupun ditekan oleh kepentingan korporat. Sebab politikus yang pintar selalu berakhir dengan dusta. Kecuali dia telah pintar membedakan kepentingan dan pengabdian. Itu jenius.

Ok. Sekarang kita bicara penulis saja. Kenapa mereka harus pintar. Karena hanya orang pintarlah yang bisa mengekspresikan ilmunya untuk bisa dibaca oleh orang lain. Dan tidak hanya dibaca saja. Tapi kenyataannya banyak penulis telah menginspirasi banyak orang lewat tulisannya. Begitu pintarnya penulis itu, dia bahkan menulis tanpa energi dan persiapan yang rumit. Beberapa tulisan yang inspiratif bahkan ditulis oleh penulis yang sederhana. Sederhana tulisannya. Sederhana idenya. Dan sederhana melakukannya. Hanya menulis.

Kalau ada yang keberatan, ---pasti yang keberatan itu bukan seorang penulis---. maka gampanglah membuktikannya. Suruh orang yang keberatan tersebut, yang pasti bukan seorang penulis, untuk menulis! Berikan dia deadline untuk melakukannya. Dan alat ukur waktu deadline harus sama dengan yang dibutuhkan seorang penulis! Aha! dia pasti tidak bisa!

Pembuktian sederhana tadi pasti telah menjadi pengalaman setiap penulis. Dimana ada orang-orang yang memintanya untuk menulis hanya karena mereka tidak bisa melakukannya. Setidaknya untuk waktu yang cepat. Tidak untuk persiapan yang sederhana. Tidak juga untuk ide-ide yang rumit. Apalagi peralatan-peralatan yang aneh-aneh. Segitu pintarnya penulis sehingga dia bisa menulis on the spot. Dimana saja dia berada, dengan pena dan kertas. Itu saja. Tidak perlu dalam ruangan. Luar ruanganpun jadi. Apalagi sudah punya notebook atau gadget. Maka penulis bisa seperti mesin yang diberi nos... wush!

Lantas bagaimana dengan mood? Disinilah tingkat kepintaran penulis teruji. Karena naturally penulis pasti tidak dipengaruhi mood. Itulah sebabnya seorang penulis sesungguhnya itu pintar. Karena mood-pun tidak bisa mengalahkannya. Dia laksana dewa yang bersenjatakan pena. Kapan saja, dimana saja, dalam keadaan apapun, dia bisa memainkan senjatanya.

Maka berbahagialah bila anda penulis!

Note:

Anda (yang penulis yang pintar itu) bisa menambahkan list diatas menjadi rangkaian konfirmasi yang panjang. Misalnya benefit, kebahagiaan dan kepuasan non materi dll. Yeiiii!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun