Mohon tunggu...
Herold Kilapong
Herold Kilapong Mohon Tunggu...

Suami yang bahagia, ayah yang dibanggakan!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah jawaban untuk semua permasalahan Indonesia

21 Januari 2015   00:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keluarga. Itulah jawabannya.

Jika pertanyaannya di balik. Misalnya, apakah masalah terbesar Indonesia? Jawabannya tetap sama, keluarga. Kita yang membaca inipun pasti (terbanyak) sedang bermasalah dengan satu hal ini. Keluarga. Tidak peduli siapa anda. Pejabat, pengusaha, akademisi, profesional ... siapapun. Siapapun!

Keadaan keluarga tidak selalu berbanding lurus dengan  keadaan profesi seseorang. Malah ada paradoks disini. Banyak orang yang "kelihatan sukses" tapi keluarganya tidak sukses. Tetapi yang menarik adalah ini: Keluarga yang sukses selalu menghasilkan individu yang sukses.

Oke. Mari kita samakan persepsi "sukses" dulu. Sebaiknya kita ukur dengan kepuasan lahir dan batin. Jasmani dan rohani. Materi dan non materi. Nah, sukses yang dimaksud ditulisan ini dibatasi dengan terminologi itu. Yakni kepuasan lahir batin, jasmani dan rohani serta materi dan non materi.

Contoh:

Seorang profesional bernama dokter Doni. Kita akan menyebutnya sukses apabila dokter Doni puas lahir batin, jasmani rohani, materi dan non materi. Artinya, dia tidak kekurangan materi, sehat dan bahagia. Dia juga tidak bermasalah dengan hubungan antar manusia, atau setidaknya minim konflik dengan orang lain. Nah itu baru sukses.

Lantas,

Bagaimana dengan permasalahan Indonesia hari ini? Jawabannya banyak. Sebanyak yang anda bisa sebut satu per satu. Semuanya ada. Politik, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya. Lebih lengkap lagi bila bencana alam masuk disini. Kalau masalah politik, kemanan, ekonomi, sosial dan budaya sangatlah mudah mengaitkannya dengan keluarga. Karena masalah-masalah tersebut kebanyakan akan bermuara pada moral institusi. Lalu moral institusi akan bermuara pada moral individu dalam institusi. Ini kita namakan oknum. Nah kalau sudah bicara moral individu maka jawabannya pasti akan mengarah pada keluarga dimana si oknum dibesarkan. Tak terbantahkan!

Yang menarik, masalah-masalah yang disebut force majeur. Keadaan kahar seperti bencana alam. Tetaplah ada kasus yang berujung pada keluarga. Misalnya longsor! Sumbernya hujan deras yang selebat-lebatnya! Beberapa wilayah yang disebut rawan longsor selalu berhubungan dengan pemukiman. Pemukiman yang rawan longsor berhubungan dengan dua hal: perambahan lingkungan hijau yang menyalahi keseimbangan alam dan lingkungan yang tidak layak huni (misalnya di lereng gunung dengan tanah labil atau pinggiran sungai besar). Lalu kenapa keluarga? Ya oknumnya lagi. Mereka yang merambah hutan dan menyalahi keseimbangannya. Selalu begitu. Maka terjadilah longsor dan banjir bandang. Sebuah situasi yang dalam sejarahnya tidak pernah terjadi di daerah-daerah yang disebut rawan longsor atau rawan banjir. Sementara, walaupun hujan lebat selebat-lebatnya terjadi tetaplah banyak tempat di negeri ini yang tetap aman dari bencana alam. Mengapa? karena tempat tersebut masih terjaga keseimbangan alamnya...

Coba kita balik keadaanya berdasarkan pendekatan keluarga:

Keluarga mengajarkan nilai-nilai hidup yang membentuk karakter. Keluarga terbentuk dengan apik dimana orang tua tergambarkan secara harmonis dan penuh kasih sayang. Demikian juga terhadap anak-anak. Semuanya menjadi bagitu berkualitas baik lahir batin, jasmani rohani, materi dan non materi.

Kongkritnya begini:

Keluarga dokter Doni. Doni adalah ayah saleh dan suami penyayang. Dia bertanggung jawab secara materi untuk menghidupi keluarga dan juga bertanggung jawab non materi, yakni rohaniah, karena menjadi imam yang memberi teladan moral bagi anak isterinya. Rajin beribadah, sopan, rendah hati, murah hati, rajin, peduli dan tertib. Bayangkan situasi tersebut! Mudah sekali kita membayangkan apabila keluarga dokter Doni ditugaskan di puskesmas kecamatan terpencil. Maka anak-anak dokter Doni pastilah bukan anak-anak yang membuang sampah sembarangan di sungai, bukan anak-anak yang suka menebang pohon sembarangan atau anak-anak yang mengajak teman-temannya membakar hutan!

Kita lanjutkan ketika dokter Doni kemudian menyelesaikan spesialisasinya dan pindah ke kota besar. Buka praktek. Keuletan dan ketulusannya menjadi teladan bagi anak isterinya untuk melihatnya menjadi dokter sukses. Pendekatannya yang humanis terhadap pasien telah memberikan modal kepedulian bagi anaknya kelak. Dan tentu saja anak-anak dokter kita ini tidak mudah terbujuk narkoba karena telah mumpuni dibekali moral dan kesuacian hidup sebagai makhluk ber-Tuhan. Anak-anak dokter Doni pasti kelak bukan menjadi koruptor karena tergoda untuk mau lebih kaya dan tidak puas pada jabatan. Karena mereka telah bertumbuh dalam keluarga yang puas lahir dan batin.

Dan sempurnalah tokoh teladan Indonesia ini karena ternyata dokter Doni terlahir dari seorang ayah petani sederhana yang penyayang terhadap isterinya. Rajin beribadah, bersahaja, rajin, murah hati, tertib dan disukai tetangganya di desa mereka...

Kabar baik buat permasalahan Indonesia!

Karena keluarga-keluarga seperti keluarga besar dokter Doni ini masih bisa kita temui disudut manapun di bangsa ini. Untuk membuktikan bahwa jawaban atas semua permasalahan Indonesia adalah KELUARGA!

Catatan:

Berbagai contoh tentang keluarga-keluarga yang menginspirasi dapat dengan mudah kita temui. Anda bahkan bisa googling untuk mendapatkannya sekarang. Orang-orang bermoral yang mengubahkan kehidupan banyak orang selalu mudah ditebak dari mana dia berasal: Keluarga hebat. Margin error dari kesimpulan ini tidaklah besar!

BE STRONG FROM HOME!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun