Mohon tunggu...
Herna Selvia Parastica
Herna Selvia Parastica Mohon Tunggu... Editor - Education Enthusiast

Education Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Si Njae

18 Februari 2014   22:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_296129" align="alignnone" width="720" caption="Si Njae dan Si Akbar"][/caption]


"Pelukan anak-anak itu menyembuhkan ya". Entah, apakah saya pernah membaca kalimat itu, atau pernah mendengar. Tiba-tiba kalimat itu bersuara dalam hati saya, hari ini.

Saya suka dekat anak-anak. Saya suka jika mereka berlari-lari ke arah saya lalu menghempaskan dirinya seraya saya menyambut dan memeluk mereka. Saya suka ketika tangan mereka yang kecil itu bertengger di bahu saya. Saya suka ketika suara cempreng khas bocah-bocah itu begitu dekat dengan telinga saya. Benar, berada dekat anak-anak, selalu menyembuhkan.

Sejalan pula dengan sebuah pernyataan dalam pepatah Inggris "The soul is heald by being with children". Senyum mereka adalah obat, pelukan mereka bagai penawar racun, dan celoteh mereka seperti suntikan energi bagi orang sekitarnya, dan itu selalu berarti bagi saya.

Ah..saya selalu membayangkan suatu hari yang membangunkan saya adalah sebuah kenyataan bahwa hari itu saya akan menghabiskan waktu dengan mereka. Berbicara, menggendong, mengajar, memberi makan, memeluk, tertawa, berjalan bersama dengan mereka, anak-anak.

Kemudian dalam lamunan saya, teringat beberapa foto anak-anak yang pernah saya ambil dalam beberapa acara. Saya mulai membuka dan melihat satu per satu. Muncullah sebuah foto yang tidak pernah bosan saya melihatnya. Foto si Njae dan si Akbar.

Saya pandangi lekat-lekat foto mereka. Rindu akan Njae dan Akbar yang belum juga terobati malah makin menyala melihat foto mereka.

Si Njae dan si Akbar. Mereka lebih mirip malaikat daripada anak jalanan. Lihat saja wajah mereka, seperti mengeluarkan cahaya ketulusan yang luar biasa. Entah, manusia mana yang punya pancaran sinar seperti itu.

Tubuh saya lebih besar dari mereka, tapi jiwa saya kalah besar dari mereka.
Rasanya malu kalau mengingat 23 tahun saya hidup, tidak cukup berbesar hati untuk makan nasi hanya dengan garam. Lauk terlalu sederhana kadang suka mengeluh. Membuang makanan rasa tak berdosa. Si Njae dan si Akbar menganggap nikmat nasi berlauk garam. Kerupuk saja tambahannya, dapat menambah lahap makan mereka. Setelah sepanjang hari berkutat dengan panas matahari dan asap di terminal, nasi dan garam bagaikan bahan bakar yang membuat mereka bisa tancap gas.

Saya pandangi lebih lama lagi foto mereka. Saya ikut tersenyum melihat senyuman Njae. Lalu, saya tertawa..

Ah, Njae, kamu pasti tidak seperti saya, yang ketika kecil selalu dibawa ke dokter gigi jika gigi saya goyang dan akan tanggal. Tidak satu gigi pun yang tanggal oleh bantuan benang atau tangan ibunda, semua tanggal oleh alat-alat canggih dari dokter gigi.
Lihat gigimu Njae, mungkin kau biarkan saja kuman-kuman itu membuat gigimu mengeropos. Mungkin juga sudah beberapa banyak gigimu tanggal dan kau cabut begitu saja dengan tanganmu sendiri. Ah, Njae, memang hebat sekali kau ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun