Memasuki abad 21 kita menemui ada banyak sekali perubahan dalam menanam makanan untuk memenuhi setiap kebutuhan umat manusia. Salah satu alasannya adalah akibat dari pertumbuhan populasi yang sangat pesat.
Pada seluruh dunia, saat ini ada sekitar 7,7 miliar manusia yang hidup di planet Bumi dan akan terus bertumbuh hingga 9 miliar pada tahun 2050 menurut data PBB. Hal ini mengisayaratkan bahwa pasokan makanan dunia akan meningkat hampir dua kali lipat di tahun berikutnya.
Kita selama 30 tahun ini telah melakukan penanaman secara konvensional yang mana kita ketahui bahwa hal itu sangat tidak efisien, karena dalam penerapannya kita menggunakan banyak sekali air tawar, serta dampak lain seperti pembuakaan lahan baru serta fakta bahwa tanah subur atau tanah yang mampu menanam tanaman dengan cepat mulai menghilang terkait dengan dampak perubahan iklim, perubahan pertanian serta erosi tanah.
Jadi agar kita bisa menanam lebih banyak dengan lebih sedikit memakai ruang, harus adanya sebuah pendekatan baru dalam menerapkan pertanian. Hadirnya pengguanaan pertanian secara vertikal dapat menjadi sebuah solusi untuk mengatasi masalah ini.
Pada umumnya, pertanian vertikal adalah praktik menanam tanaman pada permukaan bidang miring secara lurus ke atas. Dalam pertanian vertikal lapisan rak tanaman akan disusun saling bertumpuk yang terintegrasi kedalam struktur umum seperti gedung container atau bahkan Gudang.
Agar dapat melakukan pertumbuhan tanaman degan cara ini, terdapat empat komponen utama yang harus disiapkan yaitu tata letak fisik, pencahayaan, media tanam, dan fitur irigasi.
Hal ini berkaitan dengan tujuan utama pertanian vertikal, yaitu memaksimalkan ruang yang tersedia untuk bisa menghasilkan lebih banyak tanaman per meter persegi daripada yang mampu dihasilkan pertanian standar.
Inilah mengapa tata letak fisik sangat penting, karena pada saat ini sebagian besar pertanian vertikal yang di terapkan akan tumbuh di horizontal normal atau peregangan keatas secara vertikal untuk memanfaatkan ruang yang lebih baik.