Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

pergumulan....

10 Februari 2025   12:50 Diperbarui: 10 Februari 2025   12:43 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-david-morris-1149400-13848875

Memiliki tiga anak lelaki dan satu menantu yang keberadaannya semua di luar kota, terkadang membuat penulis dan isteri sering memendam kangen. Sejak anak-anak lulus Sekolah Menengah Atas dan menyelesaikan kuliahnya di luar kota Semarang, praktis penulis dan isteri balik modal. Alias kembali hidup berdua.

Penulis menyadari kesibukkan anak-anak. Anak yang pertama dan isterinya sedang getol-getolnya mengembangkan usaha makanan konsumsi anak- anak di Jakarta. Yang kedua sedang mengambil study S3 nya di Sydney. Dan yang ketiga sibuk dengan pekerjaaannya di sebuah Badan Usaha Milik Negara di kota Bandung yang bernuansa hijau.

Bersyukur semua anak-anak dan menantu tidak pernah lepas dari komunikasi yang intens, sekalipun terkadang hanya say hello saja, tapi itu sudah bisa mengobati rasa kangen kami sebagai orang tua. Bahkan lebih dari itu, kami bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, karena di setiap masalah dan pergumulan yang masing-masing mereka hadapi, anak-anak senantiasa menyampaikannya kepada kami. Sekecil apapun pergumulan mereka.

phone-735062_1280
phone-735062_1280

Dan bukan suatu kebetulan kalau beberapa bulan kemarin penulis diperhadapkan dengan pergumulan yang mau tidak mau harus dihadapi. Dan rasanya tidak ramai, kalau tidak berbarengan juga dengan pergumulan yang sedang dialami oleh ketiga anak kami. Jadi bisa dibayangkan, rasanya tumplek bleg. Ada rasa yang membuat penulis beserta isteri sesak, tertekan dan gelisah. Mencoba lari, tetapi tentu saja bukan lari dari kenyataan. Karena apapun ini harus dihadapi.

Anak yang pertama laporan dengan masalah barang-barang import yang masih terkendala di bea cukai. Anak yang kedua laporan kalau teman kostnya hidupnya tidak bener. Ditambah lagi dana biaya pendidikan dari LPDP mengalami keterlambatan yang belum tahu kapan cairnya. Anak yang ketiga dengan masalah take over urusan KPR rumah yang sudah diciclnya selama tiga tahun. Belum lagi pergumulan yang penulis dan isteri hadapi.

Terkadang memang rasanya mau protes kepada Sang Khalik. Mengapa ini bisa terjadi berbarengan tanpa ada jeda sedikitpun. Di satu sisi penulis sudah tidak muda lagi untuk biosa bereaksi dan merespon dengan cepat untuk meghadapi pergumulan yang tiba-tiba datang serentak. Di sisi yang lain koq ya malu sama Tuhan. Hidup koq ya mengeluh dan protes terus. Padahal DIA sudah berkata. Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk

pexels-sora-shimazaki-5935755 
pexels-sora-shimazaki-5935755 

Bukan berlebihan kalau kita selalu diingatkan akan kasih dan setia Tuhan di dalam setiap kehidupan. Bahkan di saat kita menghadapi kesulitan dan merasa sudah berasa di titik nadirpun, Yang Maha Kuasa tidak serta merta meninggalkan kita. Seperti yang penulis berdua isteri alami. Di saat kami tidak berdaya, Tuhan dengan Kasih-NYA memberikan sentuhan dan jalan keluar yang membuat kami tersadar akan Kuasa Tuhan.

Memang terkadang kita berpikir praktis dengan aroma negatif. Dan ini yang seringkali terjadi. Kita merasa Tuhan sudah meninggalkan kita seorang diri dan dibiarkan terpuruk sampai tenggelam di dalam pergumulan tanpa jalan keluar, seperti saat kita sedang jatuh dalam sebuah lubang tanpa dasar. Sebaliknya tanpa kita sadari sebetulnya Tuhan sedang mendukung kita dan memberikan kekuatan untuk bangkit dan meraih kemenangan.

manipulation-4487563_1280
manipulation-4487563_1280

Saking sibuknya dengan mencari jalan keluar dengan pikiran kita sendiri, sampai lupa akan keberadaan dengan kasih-NYA yang tidak pernah lepas dari diri kita. Padahal sejatinya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-NYA, pada setiap orang yang berseru kepada-NYA dalam kesetiaan

Mengimbangi akan arti sebuah kepercayaan tentang kebesaran Tuhan yang senantiasa hadir dalam setiap kondisi, baik saat kita berada di atas awang-awang. ataupun saat kita terjatuh di titik nadir. Karena dengan mengandalkan Tuhan dan senantiasa berharap dan bergantung sepenuhnya kepada Sang Khalik, maka sejujurnya kita akan beroleh kekuatan baru untuk bangkit dari keterpurukan, dan DIA akan memberikan damai sejahtera di setiap langkah kita.

pexels-rquiros-1727123
pexels-rquiros-1727123

Tidak berasa penulis sudah memasuki usia perkawinan yang ke empat puluh. Dan tidak berlebihan kalau kami berdua memperingatinya di Kedai Kopi Tiam, tanpa kehadiran anak-anak dan menantu. Dan bak nafas yang keluar dari lubang penulis sambil menghirup secangkir kopi pahit penulis teringat. DIA akan melakukan kehendak orang-orang yang takut akan DIA, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka.Begitu.    

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun