Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sesaat....

20 Februari 2023   10:15 Diperbarui: 20 Februari 2023   10:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini saya diajak melakukan perjalanan napak tilas dengan istri dan anak kami. Kebetulan anak kami sedang mengambil cuti. Tentu saja ini waktu yang berguna buat kami sambil menikmati masa pensiun. Melewati beberapa kota maupun desa dengan perbedaan adat dan kebiasaan. Ada hal yang menarik saat melewati kota-kota maupun desa-desa yang banyak anak-anak mudanya. Beberapa anak-anak muda, mungkin putus sekolah atau belum mendapat kesempatan bekerja, yang terlihat nongkrong di tempat-tempat umum, sambil merokok, minum-minum dan ngobrol ngalor ngidul, saat lingkungan sedang berlangsung jam kerja. 

Bisa jadi faktor ekonomi dan kesempatan yang membuat mereka berlaku seperti itu. Di lain pihak di kota-kota, anak-anak muda yang notabene beberapa anak-anak orang kaya juga hampir sama perilakunya. Bahkan perilaku mereka kadang-kadang kebablasan memanfaatkan waktu dengan berkomunitas dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji dan mengganggu ketertiban lingkungan maupun ketertiban lalu lintas.

Artinya dipandang dari sudut pandang kacamata yang sama, apa yang sedang dilakukan mereka sama-sama membuang waktu di masa mudanya tanpa arah yang jelas. Satu sisi mereka membuang waktu di saat lingkungan sedang melakukan aktivitas pekerjaan, di satu sisi mereka membuang waktu di saat lingkungan sedang beristirahat setelah seharian beraktivitas. Sepertinya yang diperhadapkan dengan waktu saat masih utuh, tidak dipakai untuk melakukan sesuatu. Apalagi kalau waktu itu sudah dimakan api dan terbakar. Apakah masih dapat dipakai lagi untuk sesuatu ? Sia-sia ?

pexels
pexels

Membuang waktu dalam keterbatasan yang tidak berfaedah seolah menghadapkan kita dalam cermin kehidupan kita sehari-hari. Apakah ada sepenggal waktu dari hidup kita yang sedang melakukan perjalanan hidup ini berfungsi ? Sebuah pertanyaan yang mendasar. Karena ketika kemudian sedang sibuk dengan urusan pekerjaan, bisnis, urusan rumah tangga, urusan anak dan seabrek urusan yang lain, masih adakah waktu untuk beribadah kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi ?

Memfungsikan waktu sehari semalam dari dua puluh empat jam ini sepertinya menyadarkan diri kita untuk bisa lebih menghayati arti kata bersyukur. Jangan sampai kita hanya berfaedah lewat mulut, tetapi hati kita tetap membeku. Tidak terpengaruh dengan keadaan, bahkan mungkin seringkali kita menyia-nyiakan waktu yang Tuhan beri saat keadaan di hadapan mata kita, sedang terjadi sesuatu yang memerlukan pertolongan. Bahkan mungkin dengan sejuta alasan berusaha untuk menghindari, karena alasan waktu. 

Seperti halnya mengibaratkan sepotong kayu yang dilemparkan ke dalam api untuk dibakar, lalu  kedua ujungnya habis dimakan api dan tengah-tengahnya sedang menyala, bergunakah lagi untuk membuat sesuatu ? Jadi dimana posisi kita saat dalam perjalanan mengarungi hidup dengan iman yang kuat ? 

pexels
pexels
Membuang waktu dengan melakukan hal-hal yang percuma apalagi yang tidak berdaya guna, sama halnya menjauhkan hidup kita dari Sang Khalik. Jangan lagi menyia-nyiakan sisa hidup kita, sekalipun sesaat, tetapi berfungsilah kita sesuai apa yang Tuhan harapkan. Mau ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun