Simbol-simbol kebudayaan Atoen Meto (Orang Dawan-Timor) menyiratkan banyak makna. Salah satu wujudnya adalah Hau Teas (Bhs. Dawan: kayu utuh yang diserpih). Hau Teas disebut juga Hau Monef/ Hau Le'u yang artinya kayu/ tiang keramat (pemali). Biasanya ditempatkan di depan Uem Le'u atau Uem fam (rumah adat), Oe Le'u/ Oe mata' (mata air pemali), dan Fatu/ faut Le'u (Batu pemali).
Pemali dalam artian yang disakralkan, dianggap suci dan berisikan pantangan - pantangan tertentu. Jika dilanggar, maka seseorang akan mendapatkan kutukan dari para leluhur.
Hau Teas terbuat dari pohon nikis pilihan yang memiliki tiga cabang sekaligus. Diameter cabang-cabangnya sama besar dan luas antar cabang harus sama. Proses pengambilan (potong kayu) disertai ritual khusus dan takanab (mantra, pantun/ tutur adat). Takanab biasanya berisikan permohonan restu dari para leluhur dan juga izin kepada alam dan Pencipta terhadap pohon yang akan dipotong untuk kemudian dijadikan Hau Teas.
Pertama, Usi Neno (Yang Tertinggi, Yang Kuasa, Yang Tak Terjangkau, Yang Transenden, Tuhan).
Usi Neno ditempatkan sebagai "Yang Pertama dan Utama" dalam lingkaran kekuatan orang Dawan, Timor. Ialah cabang pertama yang lebih panjang dari kedua cabang lainnya.
Orang Dawan meyakini bahwa manusia diciptakan dan kehidupannya diberi oleh Usi Neno. Jauh sebelum masuknya pengaruh budaya Barat dalam ajaran agama, Orang Dawan sudah meyakini akan adanya Sang Pencipta. Keyakinan ini termaktub dalam salah satu penggalan syair bahasa Dawan berikut ini:
O Usi Neno, Usi Apakaet, Usi Amo'et ma Afatis
(Ya Tuhan, Pencipta, Penuntun dan Penjaga)
pao ma mpanat kai, fe kai ma'tanik he nait mipen manikin ma oe tene
(jaga dan lindungilah kami, berilah kekuatan agar tetap sehat serta mendapatkan berkah yang melimpah)
Semua yang ada di bumi diciptakan oleh Usi Neno. Tugas utama manusia adalah menjaga dan memanfaatkan ciptaan yang ada. Oleh sebab itu, adalah kewajiban untuk memohonkan tuntunan Usi Neno agar manusia tetap kuat menjalani kehidupan di dunia. Pada ujung cabang ini ditancapkan buah kelapa muda dengan keyakinan bahwa air dari kelapa tersebut adalah simbol (sumber) kehidupan. Selain itu, diyakini sebagai sumber segala berkat dari Usi Neno.
Kedua, Smanaf-smanaf (Para arwah-leluhur dan semua orang yang telah meninggal dunia)
Para arwah leluhur disimbolkan pada cabang kedua (sama pendek dengan cabang ketiga). Leluhur dan semua rumpun keluarga setelah meninggal dan mengalami kehidupan di alam baka (surga) diyakini sebagai "pendoa" dan pelindung bagi manusia yang masih berziarah di dunia. Oleh karenanya setiap kali ada ritual adat (permohonan) di Hau Teas nama leluhur dan keluarga yang telah meninggal dunia selalu disebut.
Be'e-Na'i, Smanaf-smanaf nbi neno tunan
(Wahai leluhur, semua arwah di surga)
mipes main kai noko maufinu huma-huma nbi pah pinan i
(hindarkanlah kami dari segala marabahaya di dunia ini)
Para arwah adalah pendoa dan sebaliknya manusia yang masih hidup berkewajiban untuk mendoakan semua mereka yang telah meninggal agar berkenan dihapus dosa - dosa dan memperoleh kehidupan kekal di neno tunan (surga).
Ketiga, Aina-Ama ana'a Plenat: Pemegang Kekuasaan di Dunia (Raja/ Pemerintah-Negara)
Simbol pemerintah terdapat pada cabang ketiga (sama pendek dengan cabang kedua). Raja/ pemerintah adalah pemegang kekuasaan yang nyata di dunia. Rakyat sebagai pihak yang "dikuasai" dan dilindungi membutuhkan pihak lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup di dunia. Penguasa dipandang sebagai sosok berkharisma dan memiliki warisan kekuatan. Dengannya rakyat mampu menjalani kehidupan yang nyaman dan damai.
Berikut adalah penggalan syair yang mengisyaratkan adanya Raja/ Pemerintah:
Aina - Ama ana'a plenat nbi naija fafos
(Ibu - bapak pemegang kekuasaan di dunia)
et natuk - nanon toba ma tafaÂ
(yang menuntun dan membimbing rakyat kecil)
Orang Dawan yakin bahwa Raja/ Pemerintah ada dan hadir sebagai benteng kekuatan yang mampu melindungi rakyat dari segala ancaman dan bahaya duniawi.
Adanya meja persembahan menghubungkan cabang/ kekuatan yang satu dengan lainnya. Usi Neno, Aina-Ama ana'a plenat dan Smanaf-smanaf disatukan kekuatannya dan menjadi pegangan hidup bagi orang Dawan.
Sajian tersebut kemudian dinikmati sebagai perjamuan bersama. Orang Dawan menyebutnya "tah ma tiun tabua, he tan manikin nok ma'tanik" yang artinya makan dan minum bersama agar memperoleh berkat serta kekuatan.
Pedoman itu harus dijalankan secara seimbang agar seseorang tidak mendapat malapetaka dari segi kehidupan apapun. Manusia sebagai individu sekaligus makhluk sosial tidak bisa terlepas dari tiga unsur tersebut. Setiap saat hidup manusia dilingkupi dengan urusan akan Tuhan (agama), adat dan Negara. Ketiganya merupakan kunci untuk memasuki bidang kehidupan lainnya.
Herman Efriyanto Tanouf