[caption id="" align="alignright" width="305" caption="Ilustrasi: listal.com"][/caption]
Sudah saatnya kau tidur siang, Nak. Mendekatlah. Peluk ayah. Ya, bagus. Sekarang dengarkan baik-baik. Ayah akan mengantar tidurmu dengan bercerita.
Ayah ingin bercerita tentang Lance dan Kyle. Lance adalah guru sastra yang sangat terobsesi menjadi penulis beken dengan penghasilan yang melimpah. Dia tinggal di apartemen bersama anak lelakinya, Kyle. Nyaris setiap hari keduanya hidup bersama, karena Lance dan Kyle selain tinggal di tempat yang sama, juga berangkat ke sekolah bersama-sama. Keduanya hanya berbeda posisi: Lance guru dan Kyle murid.
Lance telah menulis beragam karya: novel, puisi, bahkan kartu ucapan. Tapi semuanya ditolak penerbit. Ya, semuanya. Dia telah membikin empat novel dan seluruhnya hanya tertumpuk di mejanya. Didera perasaan putus asa, Lance bertekad berhenti menulis fiksi jika novel kelimanya juga ditolak penerbit.
Di sisi lain, Kyle adalah gambaran remaja Amerika pada umumnya. Dia asik dengan dunianya sendiri, menjadikan komputer sebagai pasangan hidup, dan akibatnya tak kenal tata-krama. Pendek kata, dia mengidap kelainan. Dia merasa kehidupannya tidak memiliki makna. Hampa.
Sebenarnya hubungan Lance dan Kyle sungguh ideal, Nak. Lance mampu menjadi bapak yang menyediakan waktunya tiap saat. Dia berbicara dengan Kyle sebagai sahabat yang baik. Seakan-akan keduanya seusia, tanpa ada ikatan biologis antara bapak dan anak, sehingga sangat akrab. Bahkan saking akrabnya, Kyle kadang memanggil ayahnya dengan ”Hai, Lance” dan memaki-maki ayahnya dengan “Fu**!”
Oh, maaf, Nak. Ayah terlalu bersemangat, hingga ludah ayah muncrat. Kau pejamkan mata ya agar tidak ada ludah ayah yang menyasar biji matamu.
Baik, ayah lanjutkan ya. Di sekolah, Lance punya hubungan spesial dengan seorang guru perempuan. Di antara keduanya terbentang perbedaan usia, namun hal itu tak mengurangi keintiman. Hubungan mereka tak selalu mulus, karena dibumbui pula dengan pedasnya kecemburuan. Tapi toh gairah untuk saling menyukai tak pernah padam. Ciuman basah selalu mereka lakukan tiap ketemu.
Anakku yang ganteng, sebenarnya Lance bukanlah guru populer. Kelas puisinya tak pernah dihadiri lebih dari 10 siswa. Kepala sekolah pun memberi peringatan akan menutup kelas ini, karena dia menilai tidak ada perkembangan yang cukup berarti.
Lance juga makin terpojok di tempat kerjanya lantaran ulah anaknya. Di suatu siang, Kyle berkelahi dengan teman sekolahnya. Mau tak mau, dalam kondisi tertekan, Lance mendapat dua tugas berat: membikin kelas puisinya tetap bertahan sekaligus mendidik anaknya agar tidak liar.
Hari-hari Lance lantas diwarnai ketegangan. Ketegangan itu bermula ketika Lance melakukan kencan dengan teman perempuannya—sebuah kencan yang mestinya sangat berkesan karena sebelumnya berkali-kali batal. Sang pacar sempat mengajak Lance melakukan hubungan badan, setelah melewati acara makan malam, ngobrol basa-basi, dan tentu saja berciuman basah. Namun Lance menolak ajakan itu. Bisa jadi dia merasa dipermainkan. Sebelumnya, dia memergoki pacarnya menggandeng seorang guru—rekan kerja di sekolah—di sebuah mall.
Ayah tahu, kau belum mengerti soal kencan dan hubungan badan. Tapi tak apa-apa, Nak. Dengarkan saja. Kelak saat kau dewasa, istilah-istilah tadi akan akrab di telingamu.
Ayah lanjutkan ya. Usai berkencan, Lance langsung pulang. Dia sangat terkejut ketika mendapati Kyle sudah tak bernyawa di kamarnya. Kyle mati bunuh diri! Dia mencekik lehernya sendiri dengan seutas kain, setelah berfantasi seksual. Ironisnya, Kyle menggunakan gambar celana dalam pacar ayahnya yang dia rekam ketika ketiga orang ini bertemu dalam makan malam.
Oh, kau pasti juga belum mengerti apa arti fantasi seksual. Lagi-lagi ayah hanya bisa menyarankan: dengarkan saja kata-kata ayah. Segera setelah kau dikhitan nanti, kau mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah itu.
Sampai di mana tadi? Oh ya, Kyle bunuh diri. Peristiwa tragis itu ternyata menjadi berkah buat Lance. Naluri Lance sebagai seorang penulis langsung bekerja. Dia membukukan kisah kematian anaknya. Buku itu dia beri judul “You Don’t Know Me”. Isinya tentang sisi lain Kyle yang tak pernah diketahui orang.
Lance menampilkan anak satu-satunya itu sebagai remaja yang selalu terlilit persoalan narkoba dan seks. Kyle juga digambarkannya sebagai remaja yang punya impian besar, tapi dia tak pernah mendapat dukungan. Lewat buku ini, seakan-akan Lance ingin menunjukkan bahwa teman-teman Kyle telah berbuat salah terhadap Kyle. Mereka suka menyepelekan Kyle. Karena itu Kyle sampai merasa hidupnya tak bermakna. Bahkan dia sampai mengatakan tak pernah ingin dilahirkan ke dunia. Karena itulah Kyle dengan enteng-enteng saja memungkasi hidupnya sendiri.
Buku “You Don’t Know Me” karya Lance ternyata sukses di pasaran. Seketika popularitasnya terdongkrak. Di berbagai tempat dia diminta berbicara tentang bukunya. Simpati dan sanjungan diterimanya tiap saat. Tetapi cerita tidak berujung di sini.
Anakku, kau sudah tidur ya. Baiklah, supaya tidurmu tak terganggu, ayah akan segera tutup mulut. Yang ayah kisahkan tadi ialah jalan cerita film "World’s Greatest Dad". Film komedi itu dibintangi aktor pujaan ayah, yakni Robin Williams. Dia berperan sebagai Lance Clayton—seorang ayah yang brengsek.
Hemmm….ayah akan melepaskan pelukanmu, Nak. Sepertinya ada seseorang yang juga membutuhkan pelukan ayah. Kau pasti tahu siapa dia.
Oya, hanya karena ludah ayah sering muncrat saat bicara, apakah ayahmu ini termasuk ayah yang brengsek? Ah, tak perlu kau jawab, Nak. Tidurlah yang nyenyak….
Rawamangun, 22 Maret 2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI