Mohon tunggu...
Herman Herman
Herman Herman Mohon Tunggu...

"Jangan melangkah tanpa mimpi, tanpa harapan, tanpa tujuan untuk sukses"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Blusukan Ala Jokowi dalam Konteks Berpikir Systems

10 Desember 2012   23:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:52 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BLUSUKAN ALA JOKOWI DALAM KONTEKS BERPIKIR SYSTEMS

Dalam penyelesaian masalah dikenal ada yang merujuk pada linear, ada yang berpikir system. Pada aliran linear memandang bahwa masalah dalam penyelesaiannya langsung diberikan treatmentnya tanpa menyelidiki rangkaian penyebab dari masalah serta dampak penyelesaiannya tersebut sehingga tidak jarang kebijakan malah menyebabkan masalah baru yang lebih pelik.

Untuk mengantarkan kita pada pemahaman pengambilan keputusan linear saya menganalogikan dengan orang sakit kepala, setiap orang sakit kepala, maka yang diingat adalah panadol, tanpa memikirkan apa cocok atau tidak, padahal penyebab sakit kepalanya karena kurang tidur, ini kan jelas kontra produktif jadinya.

Sedangkan dalam penyelesaian maslah menurut pemikiran system bahwa masalah tersebut berada dalam system aktivitas manusia yang penuh dengan kompleksitas, dimana serba system dunia nyata itu bersifat ruwet, (messy), tidak terstruktur (ill-structure), oleh karena itu hanya dapat dieksplorasi melalui suatu system pembelajaran, sekaligus memperlakukan dan memodelkan tipologi system aktivitas manusia di tengah proses pencarian sosialnya (social inqury) (Sudarson, 2012).

Dalam konteks pengambilan keputusan, Schon menekankan bahwa dalam penyelesaian masalah dibutuhkan pemikiran system. (Wahyudi,2011). Penyelesaian masalah tersebut, tergantung pada sumber informasi apa yang dipilih dan dikonversi kedalam suatu keputusan.

Dalam teknik penyelesaian masalah yang akan dibentuk dalam sebuah kebijakan dikenal proses identifikasi, dalam proses ini dikenal banyak metode, mulai obesrvasi, wawancara, FDG, melalui riset dll.

Pertanyaannya metode blusukan letaknya dimana, menurut pemikiran saya dapat dikategorikan sebagai metode obsevasi yang mendalam dan di Malaysia menyebutnya Strategi pendakian bukit (atau juga dikenali sebagai penurunan/pendakian cerun, atau pengurangan perbezaan): Setiap langkah dalam penyelesaian masalah itu cuba mendekati keadaan sasaran. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah bahawa terdapat banyak cabaran yang memerlukan anda kelihatan menjauhi keadaan sasaran supaya dapat melihat dengan lebih jelas penyelesaiannya. http://ms.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_masalah

Dalam pemikiran system yang menekankan partisipatory dalam pelaksanaannya, hal ini sangat berguna untuk mengali lebih mendalam informasi para informan dan nara sumber yang berhubungan dengan situasi masalah (situation problematic) istilah yang diberikan Chehkland.

Gubernur DKI Jakarta, oleh kebanyakan orang mungkin menganggapnya, sebagai orang yang tidak paham manajemen, tapi pada dasarnya beliau sangat paham untuk itu, karena permasalahan Jakarta hari adalah Systemic, jadi penyelesaiannya harus, comprehensive/ menyeluruh, jejaring/berantai dan berkesinambungan/continuous serta agak ekstrim dikitlah dan tentunya harus culturally feasible (masih harus mempertimbangkan budaya, makanya salah satu cara yang tepat untuk memahami budaya itu melalui blusukan terlebih Jokowi bukan asli Jakarta), kemudian landasan logis dalam pengambilan keputusan harus yang diutamakan agar dapat berhasil, untuk menjamin logisnya keputusan tentunya harus diketahui oleh banyak orang, ini juga sudah mulai dilakukan.

Selama ini sudah banyak konsep dalam menyelesaikan masalah ibu kota baik dalam bentuk hasil penelitian, seminar, bedah kasus, dll, tapi mungkin belum dimanfaatkan atau mungkin tekniknya yang keliru, sehingga tidak mengena diakar permasalahan, karena metode selama ini lebih banyak dirancang dibalik meja ketimbang survey dilapangan, atau survey dialakukan oleh bawahan sehingga informasi yang akurat dan benar tidak sampai kepada pengambil kebijkan yang lebih tinggi, apalagi bawahan masih menganggap jabatan adalah segalanya, sehingga tidak jarang prisip ABS (asal bapak senang) masih aja dipakai padahal sudah reformasi. Oleh karena itu blusukanlah ( saya biasa menyebutnya bukan metode biasa) yang tepat diterapkan untuk menggali informasi yang terpendam selama ini.

Dengan metode ini layer-layer aktivitas manusia  yang masing-masing punya purporfull (tujuan) akan dirangkum dalam sebuah tindakan yang dikonstruk melalui suatu kebijakan yang segera, masuk prioritas,  dan kebijakan jangka menengah dan panjang. Konstruksi tersebut tantunya dengan pertimbangan rangkaian masalah serta sentuhan yang tepat yang merujuk pada pertimbangan berbagai pihak termasuk masyarakat kelas bawah yang merakan dampak dari kebijakan tersebut harus dipertimbangkan yang dikombinasikan dengan pendapat para pakar dan ilmuan serta praktisi. Jejaring penyelesaian ini akan berdampak silmultansi penyelesaian masalah yang pelik tersebut dan itu sudah dimulai oleh Jokowi sebagai Gubernur DKI sang penggali informasi, sang agen  perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun