Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kelangkaan BBM Non-Subsidi: Senja Kala Alternatif Berkualitas

19 September 2025   10:36 Diperbarui: 19 September 2025   10:43 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Shell (Sumber: Dokpri)

Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi kembali menggelayuti benak para pengendara, menciptakan gelombang keresahan yang tak terelakkan. Kali ini, pangkal masalahnya bukan lagi soal harga yang melambung, melainkan kekosongan stok di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta. Sebuah ironi yang terasa pahit, di tengah ikhtiar masyarakat mencari alternatif yang dianggap lebih superior, mereka justru disuguhi pemandangan tangki-tangki yang kosong melompong.

Fenomena ini, yang telah mencuat lebih dari dua pekan, bukan sekadar riak kecil di permukaan. Ini adalah sebuah gelombang yang mengikis kepercayaan publik. Perlu diingat, ini bukanlah kali pertama kejadian serupa mencuat. Pada awal tahun 2025, antara Januari hingga Februari, kelangkaan serupa juga sempat menyelimut SPBU Shell dan BP-AKR, memaksa beberapa gerai menutup layanan mereka. Bahkan, keluhan dari seorang petugas SPBU di SPBU Cinere yang menyatakan stok hanya cukup hingga awal bulan menjadi cermin betapa rentannya situasi ini. Bagi mereka yang sudah telanjur mengikatkan diri pada kualitas dan kenyamanan SPBU swasta, kejadian ini adalah sebuah pukulan telak.

Mengapa banyak pengendara berpaling ke SPBU swasta? Jawabannya beragam, tapi berujung pada satu titik: kualitas. Banyak yang meyakini mutu produk yang lebih baik, tarikan mesin yang lebih responsif, serta efisiensi jarak tempuh yang lebih optimal. Namun, daya tarik SPBU swasta tak melulu soal teknis. Kenyamanan non-teknis seperti antrean yang lebih singkat, yang bagi sebagian orang adalah kemewahan di tengah kesibukan kota, serta fasilitas pendukung seperti toilet yang bersih dan nyaman, seringkali menjadi penentu pilihan. Maraknya isu BBM oplosan di masa lalu juga menjadi katalisator, mendorong pemilik kendaraan untuk mencari perlindungan kualitas di SPBU swasta.

Bagi para pelanggan setia ini, selisih harga yang tipis tak pernah menjadi penghalang. Mereka lebih menghargai efisiensi waktu yang didapat dari antrean yang cepat. Alhasil, kelangkaan yang terjadi kini bukan sekadar mengganggu rutinitas harian. Ia jauh lebih dalam dari itu, memudarkan kepercayaan publik terhadap ketersediaan produk berkualitas di pasaran. Situasi ini seperti menampar wajah konsumen yang telah berinvestasi kepercayaan, menawarkan janji kualitas namun tak mampu menepatinya.

Keadaan ini juga memunculkan sejumlah pertanyaan krusial: Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Apakah ada masalah dalam rantai pasok? Mengapa kelangkaan ini seolah menjadi masalah yang berulang? Pemerintah dan pihak terkait seakan harus turun tangan untuk menjernihkan situasi, memberikan penjelasan yang transparan, dan memastikan kelangkaan ini tidak berlarut-larut. Sebab, jika dibiarkan, kekecewaan ini bisa tumbuh menjadi ketidakpercayaan yang lebih besar, tidak hanya pada SPBU swasta, tetapi juga pada ekosistem energi nasional secara keseluruhan.

Kelangkaan BBM swasta mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang, tapi bagi ribuan pengendara yang menggantungkan diri padanya, ini adalah masalah yang nyata dan bikin resah. Ini adalah pengingat bahwa dalam bisnis, janji ketersediaan adalah sama pentingnya dengan janji kualitas. Tanpa keduanya, kepercayaan pelanggan akan terkikis, dan butuh waktu lama untuk mengembalikannya. (hes50)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun