Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papua, Negeri yang Mengerikan bagi Para Penipu (Refleksi Karma)

12 Desember 2017   18:18 Diperbarui: 8 Juni 2018   10:17 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa faktor yang membuat sebagian orang menganggap bahwa Papua adalah salah satu daerah yang seksi untuk  mengadu nasib. Kekayaan sumber daya alamnya berupa kandungan bahan tambang berupa emas dan tembaga yang melimpah serta gencarnya pembangunan infrastruktur di Ujung Timur Indonesia ini. Ada yang mencoba peruntungan hidup menjadi karyawan di  perusahaan tambang terkenal itu dan sebagian lagi  turut mengambil andil  sebagai kontraktor, konsultan, pejabat pelaksana dalam mengelola program prestisius dari pemerintah pusat tersebut.

Ada yang akhirnya bisa mewujudkan impiannya  merasakan kebebasan finansial. Namun bergelimangnya harta di depan mata bisa membawa permasalahan baru. Jika pada akhirnya seseorang mabuk kepayang dengan harta duniawi maka akan berabe akibatnya karena perlahan tapi pasti akan membentuk mental jiwa rakus dan menipu dan sedikit dalam diri orang tersebut. 

Sudah menjadi lagu lama bahwa setiap keinginan orang tak ada batasnya. Dia akan berusaha terus menerus memenuhi keinginannya. Ada yang bisa menguasai diri namun ada juga yang dibutakan imannya. mulai dari makan hasil keringat orang, manipulasi (mark-up) data, fitnah kepada rekan untuk menumbangkan saingannya dan masih banyak lagi.

Namun dibalik semuanya, ada sesuatu yang mengerikan menanti. Dia bernama karma yang kehadirannya tak bisa diprediksi. Dia muncul karena ulah seseorang di masa lalu dan ada masanya  dia akan menunjukkan dirinya. Jika dianalogikan, dia ibarat orang yang makan cabe yang rasa pedisnya tidak langsung terasa saat itu juga.  Karma tinggal menunggu waktu saja untuk menghampiri orang yang bersangkutan.

Ada banyak hal yang menimpa para pelaku karma mulai dari ketidaktenangan dalam hidupnya, merasa dikejar-kejar, karir dan nasib keturunan tak jelas, menemui banyak kesulitan, kesehatan tidak stabil dan masih banyak lagi.  

Imbas Karma Pendahulu Kepada Keturunannya

Karma bisa berimbas kepada pelaku dan bisa juga kelak kepada keturunannya sekalipun keturunannya tidak tahu apa-apa terkait kesalahan pendahulunya. Namanya karma tak bisa dihindari. Dengan ketegaran hati, karma bisa dijalani dengan baik hingga berakhir. Jika sang keturunan punya cara sendiri dalam membangun imannya, maka akan membentuk mental  kesabaran dalam menghadapi ujian-ujian iman tersebut.

Contoh kasusnya, salah satu teman saya yang notabene orang tuanya pernah mengais rejeki di Tanah Papua. Bapaknya punya sikap yang  suka menggoda orang wanita  termasuk perempuan yang sudah bersuami. 

Dalam perjalanan hidup, karma menimpa anaknya dimana temanku mengatakan bahwa dia sering mendapat godaan kiri kanan dari orang-orang termasuk orang yang sudah punya istri.  Namun karena tingkat keimanan temanku yang kuat, dia akhirnya bisa menghardik semua tawaran tersebut. Ada lagi cerita bahwa ada  sebuah keluarga yang gemar mengumpulkan uang  dengan cara yang tidak halal yang pada akhirnya membuat keturunannya saling berebut warisan di kala orang tuanya sudah di liang lahat.

Pelajaran Yang Dipetik

Pelajaran yang saya petik dari kisah ini bahwa dimana pun kita berada entah di Papua atau luar Papua, kita patut berhati-hati dalam melangkah. Jangan sampai lupa diri, tergiur dengan harta duniawi yang pada akhirnya membuat kita buta dan menghalalkan segala cara untuk meraup kekayaan sebesar-besarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun