Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Sabar Merintis Karir di Papua dari Yusuf Rombe & Hendrik Wakum

8 Agustus 2017   08:32 Diperbarui: 8 Juni 2018   10:42 4128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Hendrik Wakum dan Yusuf Rombe| Dokumentasi Facebook Yusuf Rome dan hendrik Wakum

Ada beberapa penyakit sosial kekinian yang menghinggapi kalangan anak muda saat ini. Salah satunya yaitu penyakit gengsian. Gengsi karena takut dibully, gengsi karena takut dikatakan anak kere atau gengsi karena takut tidak diterima di lingkungan pergaulannya. Tipe anak muda seperti ini baiknya belajar dari dua tokoh di Mimika, Papua yaitu Pak Hendrik Wakum, salah satu manager di hotel ternama di Mimika yaitu Rimba Papua hotel (Ex Sheraton) dan Pak Yusuf Rombe yang merupakan salah satu kontraktor sukses di Mimika dibawa bendera CV Kurnia Jaya.

Saya memilih dua orang ini karena mereka bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang suka gengsian. Dengan penuh kesabaran, mereka merintis pekerjaan mulai dari nol. Pak Yusuf Rombe memulai karir sebagai pelayan di rumah makan dan Pak Hendrik mengawali pekerjaan sebagai cleaning service. Tak ada kata malu dalam kamus hidupnya sekalipun apa yang dikerjakanya kadang dipandang sebelah mata sebagian orang. Kini mereka sudah memetik hasilnya menjadi salah satu orang sukses di Mimika, Papua.

Merintis dari Titik Nol ala Pak Yusuf Rombe

Foto dari Facebook Yusuf Rombe
Foto dari Facebook Yusuf Rombe
Pak Rombe mencoba peruntungan ke Papua dengan maksud bekerja di PT Freeport Indonesia. Sayangnya lamarannya tidak kunjung mendapat balasan sehingga untuk bertahan hidup ia membantu tantenya berjualan makanan khas Toraja sebagai tukang potong daging. Tak hanya itu, ia pernah mencicipi pekerjaan sebagai tukang cuci mobil dan office boy. Walaupun pekerjaannya dipandang rendahan, tapi tak pernah ia berhenti belajar. Di sela waktu luangnya, ia menambah skill dengan belajar kursus komputer dimana di zaman tersebut masih jarang orang yang belajar komputer.

Setelah itu, pria asal Toraja ini menjadi tenaga honor di salah satu perusahaan dengan upah Rp 60.000/bulan. Berkat ketekunannya, ia dipindahkan ke bagian administrasi. Rombe muda kala itu juga membuka peluang bisnis kecil-kecilan dengan menjadi pengantar surat dari kantor ke barak-barak karyawan dimana harus melewati sebuah bukit yang cukup melelahkan. Dibutuhkan 1-2 jam untuk mengelilingi barak dari barak A sampe barak I.

Dari kegiatan ini, Beliau mendapat upah Rp 200.000 atau tiga kali lipat dari honornya. Setelah bekerja selama 1,5 tahun di Inamco, Pak Lika (sapaan lainnya) pindah menjadi karyawan Ware House PT Freeport Indonesia selama 7 bulan di lokasi tambang Grassberg. Namun beberapa bulan kemudian, Beliau mengundurkan diri dan bergabung kembali di Inamco dan sambil membuka kios di salah satu barak. 

Awalnya hanya menjual rokok, kue dam minuman ringan kemudian berkembang menjadi penjual pakaian. Dengan adanya kios tersebut Pak Rombe bangun jam setengah empat pagi . Lalu melanjutkan pekerjaannya di kantor dari jam 07,30 sampai jam 17.00. Lalu kemudian membuka kiosnya lagi hingga pukul 22.00. Di barak, ia bisa menjual 1000-1500 kue setiap harinya. 

Setiap kue yang terjual, Pak Rombe mendapat untung Rp 50 per buah. Terbukti sejak muda suami dari Ibu Erda ini benar-benar seorang pekerja keras. Dengan bermodalkan sikap ketekunan dan sikap pantang menyerah yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi salah satu kontraktor sukses di Mimika, Papua. Jasanya laris manis di pasaran karena hasil pekerjaannya memuaskan.

Tak Berhenti Belajar ala Pak Hendrik Wakum

Foto oleh Hendrik Wakum Facebook
Foto oleh Hendrik Wakum Facebook
Saya tak menyangka bahwa manager salah satu hotel ternama di Mimika, Rimba Papua Hotel (dulunya Sheraton) mengawali karirnya sebagai cleaning service selama dua tahun. Walaupun begitu, ia terus berjuang dan belajar tentang dunia perhotelan. Mulai dari memperhatikan penampilan agar keliatan menarik di depan tamu, etika melayani, cara menyelesaikan masalah yang mengacu pada SOP hotel tersebut. Setelah menjalani pekerjaan sebagai house keeping, pria kelahiran Jayapura ini lalu berada di posisi operator telepon, guest dervice agent, hingga dipercaya mengendalikan garda terdepan jasa perhotelan, Front Office Department.

Kini suami dari Sonya Urbinaru ini menjadi salah satu manager dari hotel populer di Timika. Pelajaran yang bisa dipetik dari pria kelahiran 15 November 1972 ini adalah bersabar sambil terus berkarya dan belajar sekalipun apa yang dikerjakan sekarang adalah pekerjaan yang biasa-biasa saja bagi sebagian orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun