Mohon tunggu...
Herisa ZalfaHasna
Herisa ZalfaHasna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelestarian Tradisi Peresean di Pulau Lombok

23 Januari 2022   15:17 Diperbarui: 23 Januari 2022   15:26 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Lombok Traveling)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sekali ras dan suku, salah satu suku yang ada adalah suku Sasak. Suku Sasak merupakan suku yang berasal dari pulau Lombok di provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Pulau Lombok sudah sangat terkenal dengan daerah wisatanya, kemudian disisi lain ada satu kebudayaan yang sering sekali ditampilkan di hadapan wisatawan ketika datang berkunjung yaitu peresean. 

Peresean merupakan sebuah pertunjukkan seni yang dilakukan oleh dua orang laki-laki dalam rangka adu ketangkasan dan keberanian dengan menggunakan tongkat rotan atau biasa disebut penyalin. 

Sedangkan jika ditinjau dari sejarahnya sendiri dikatakan bahwa peresean merupakan luapan emosi dari raja kepada para prajuritnya setelah memenangkan suatu peperangan. Selain itu dikatakan juga bahwa peresean merupakan tradisi untuk memanggil hujan disaat musim panas atau kemarau yang panjang.

Peresean merupakan sebuah tradisi bagi suku Sasak sekaligus merupakan sebuah kesenian yang masih bertahan hingga kini. Peresean sendiri memiliki aturan yang harus diikuti demi kenyamanan bersama, dua orang pemain peresean disebut dengan pepadu yang diawasi oleh tiga orang wasit yang disebut dengan pekembar. 

Peraturannya antara lain yaitu tidak diperbolehkan untuk memukul badan bagian bawah seperti paha atau kaki, namun boleh memukul bagian atas seperti kepala, pundak, dan punggung, Setiap pukulan tersebut memiliki jumlah skor atau nilai yang berbeda. 

Permainan tidak akan dihentikan jika salah satu pepadu belum terluka hingga ronde kelima atau kesepakatan di awal. Kemudian untuk penentuan pemenang dilihat dari jumlah skor dan juga luka siapa yang paling sedikit. 

Yang membuat peresean ini unik adalah setelah pertandingan dilakukan dengan sengaja dan secara sadar para pemain harus saling memeluk dan memaafkan satu sama lain. Inilah nilai fundamental yang ingin disampaikan dari sebuah pertunjukkan peresean.

Dahulu peresean hanya merupakan sebuah tradisi atau media untuk menunjukkan maskulinitas dan simbol kejantanan laki-laki dari suku Sasak. Peresean juga diyakini sebagai media untuk melatih sifat wannen (memperkuat rasa percaya diri), watak yang pemberani, berjiwa besar dan memiliki penglihatan yang tajam. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu pandangan masyarakat mengenai maskulinitas mengalami pergeseran. Hal ini sesuai juga bisa dikatakan akibat evolusi budaya yang terjadi dalam tatanan masyarakat. 

Evolusi yang terjadi pada suku Sasak adalah mengenai pandangan maskulinitas laki-lakinya tidak lagi diukur atau diuji melalui tradisi peresean saja, namun banyak faktor lain yang terlibat didalamnya. Semua evolusi budaya ini tidak lepas dari faktor luar seperti pemikiran budaya barat akan maskulinitas. 

Untuk pertunjukannya sendiri juga mengalami evolusi karena dahulu peresean dilakukan ketika akan melakukan perang jadi pelaksanaanya bisa dikatakan merupakan sesuatu yang serius.

Peresean sekarang fokus dikembangkan untuk seni ketangkasan alias menjadi pentas seni yang bisa disaksikan bebas oleh siapapun. Peresean yang sekarang biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu seperti perayaan 17 Agustus, festival, perlombaan, atau untuk sekedar menyambut tamu seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. 

Sedangkan untuk potensi pengembangan ini dalam segi pelaksanaan perasaannya tidak banyak yang bisa diubah karena budaya ini masih dijaga tanpa modifikasi apapun. Perubahan signifikan yang terjadi terletak hanya pada pola pikir masyarakat yang tidak lagi menganut pemikiran bahwa peresean menjadi tolak ukur ketangkasan seorang laki-laki dari suku Sasak. 

Kesenian peresean ini dipertahankan . Sedangkan untuk potensi lain yang bisa dilakukan untuk peresean adalah menjaga kelestariannya dengan menjadikannya lomba di acara atau event tertentu dan hal itu sudah dilakukan. 

Sehingga untuk kedepannya peresean  yang sekarang dikenal masyarakat sudah lebih dari cukup dalam bentuk pelestariannya, tidak mengubah tradisinya secara signifikan namun tetap merasakan khidmat akibat dari pelaksanaanya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun