Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Butuh Pemuda "Gapleh"!

1 November 2017   00:07 Diperbarui: 1 November 2017   21:20 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WOW! Ternyata Sumpah Pemuda sudah berumur 89 tahun. Terhitung sejak tanggal 28 Oktober 1928. Itu artinya, sudah 89 kali bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda. Namun ironinya, kondisi pemuda negeri ini masih belum berhasil menghapus duka Ibu pertiwi. 

Sungguh disayangkan, jika peringatan tersebut hanya sekedar ceremonial belaka. Spirit sumpah pemuda yang notabene lahir dari keinginan para pemuda Indonesia untuk keluar dari belenggu penjajahan masih menyisakan PR besar bagi bangsa ini. Diakui atau tidak, Indonesia tercinta masih terjebak gurita penjajahan di berbagai bidang. Lantas, siapa yang akan membebaskan, jika bukan para pemudanya?

"Seribu Orangtua bisa bermimpi, satu Pemuda bisa mengubah dunia"-Soekarno-

           Pada tahun 2016 data BPS mencatat bahwa jumlah pemuda Indonesia mencapai 62.061.400 jiwa. Seharusnya ini menjadi kabar gembira jika diiringi kualitas. Faktanya, makin banyak pemuda Indonesia yang justru menjadi penyumbang air mata negeri. Masalah kriminalitas, jeratan narkoba dan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di kalangan pemuda (usia 16-30 tahun) menjadi bukti. Pada hari rabu, 25 Oktober lalu, Merial Institute mempublikasikan hasil kajian pembangunan kepemudaan nasional 2017. Jumlah golongan muda Indonesia meningkat, namun angka pengangguran bertambah. Menyedihkan bukan?!

            Sejatinya, pemuda adalah ujung tombak kemajuan bangsa. Pemuda adalah jantung perubahan sebuah bangsa. Jika para pemudanya rusak, bagaimana nasib bangsa ini?.

"Kekayaan terbesar suatu bangsa adalah manusianya, bukan sumber daya alamnya"-(Anies Baswedan)

Sadarilah! Kita adalah bangsa yang kaya, pewaris surga dunia. Wajar jika bangsa ini menjadi rebutan para penjajah dengan berbagai wajah serigala berbulu domba. Wajah manis kapitalisme timur dan kapitalisme barat sedang memperdaya Indonesia tercinta.  Sungguh, hari ini Indonesia butuh para pemuda "Gapleh" (Gaul tapi Shaleh) untuk menyelamatkan negeri. 

Sejarah dunia telah mencatat, betapa peran pemuda "Gapleh" telah menjadi pelopor kebangkitan di berbagai negeri. Membebaskan negeri-negeri yang terjajah menjadi negeri-negeri merdeka yang berdaulat dan berjaya. Sebut saja, Muhammad Al-Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel serta para pemuda penakluk dunia lainnya.

 Seorang yang gaul biasanya memiliki banyak teman dan banyak wawasan. Jika pemuda yang salah gaul akan terseret arus globalisasi dan terwarnai dengan  segala kemaksiatannya, maka pemuda "Gapleh" justru akan mampu tegar mewarnai globalisasi  dengan cahaya kebenaran. Pemuda asal gaul, punya prinsip banyak teman itu 'rame bareng' meskipun dalam kesalahan. Sedangkan pemuda "Gapleh" berprinsip banyak teman biar bisa 'bener bareng'.

Betapa banyak pemuda labil yang terjebak pada pusaran peredaran narkoba,  seks bebas yang menghancurkan, penyakit HIV/AIDS yang mematikan, dan lingkaran gangster yang membahayakan masa depan mereka. Umumnya berawal dari 'rame bareng'teman. Mereka baru tersadar akan jalan hidup yang salah, ketika masa depannya telah hancur.  Alih-alih menjadi sumber kekuatan bangsa, justru mereka menjadi penyumbang air mata negeri.

Menyikapi hal tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pemuda Indonesia, maka Menpora sejak tahun 2016 memiliki sepuluh program unggulan. Diantaranya adalah Pemuda Anti Narkoba, Pemuda Relawan, Kota Layak Pemuda, Pemuda Tani, Pemuda Maritim, Pemuda Pelopor, Pemuda Kreatif, Sarjana Penggerak Desa, Pemimpin Muda dan Wirausaha Muda. Sungguh, kesepuluh program tersebut hanya bisa disambut oleh para pemuda Gaul tapi Shaleh ("Gapleh"). Jiwa jiwa para pemuda "Gapleh" yang dipenuhi ketakwaan kepada Allah SWT akan mendorong mereka menjadi pribadi yang ikhlas bergerak menebar kebaikan, tanpa harus diiming imingi uang dan bingkisan. Pemuda "Gapleh" lah yang akan merangkul pemuda yang terlanjur salah gaul untuk diajak kembali ke jalan yang lurus, "bener bareng".

Idealisme para pemuda "Gapleh" terpancar dari kesungguhan mereka menundukkan fakta serusak apapun untuk selalu di bawah hukum Allah SWT. Karena mereka sangat yakin bahwa kemajuan, kesejahteraan, keselamatan negerinya hanya akan terjadi jika para penduduknya taat terhadap aturan Allah SWT.  Maka mereka akan terus bergerak menjadi para penjaga negeri dari berbagai ancaman yang merusak.

 Di zaman sekulerisme saat ini, jumlah pemuda "Gapleh" memang sedikit. Namun, mereka lah mutiara-mutiara umat manusia sekaligus pewaris tahta dunia yang adil.  Di  tangan mereka lah kebangkitan dan masa depan negeri dipertaruhkan. Karena mereka memiliki idealisme yang tak gentar diperjuangkan. Mereka lah yang akan berjuang dengan api kesungguhan mengganti label Indonesia negara berkembang menjadi negara maju.  Tugas kita semua untuk bekerjasama mencetak para pemuda Gaul tapi Shaleh (Gapleh), mulai dari level keluarga, masyarakat, dan negara. Saatnya kita peduli untuk negeri.

Semua pihak harus bersungguh-sungguh menciptakan habits menjaga kualitas pemuda sejak dini. Pemuda unggul pasti lahir dari didikan keluarga yang unggul taqwanya, ilmunya. Kedua orang tuanya haruslah memiliki mimpi besar menjadikan anak-anaknya pemimpin orang-orang shaleh, penakluk peradaban. Mimpi itu akan dijabarkan lewat pola asuh yang terbaik dari kedua orangtua.

Masyarakat yang peduli dengan kualitas pemuda, akan senantiasa menghidupkan nuansa amar ma'ruf nahi munkar di lingkungannya. Kepedulian masyarakat akan tercermin dari pemikiran, perasaan, dan aturan yang disepakati untuk diterapkan di lingkungan terkecil. Misal, menerapkan jam malam bagi warganya, merangkul calon pemuda bekerjasama dengan para ortu dengan aktivitas yang positif, sehingga terhindar dari salah pergaulan. Memberikan sanksi sosial bagi yang melanggar dan berkomitmen membentuk masyarakat anti maksiat.

Begitu pun dengan pemerintah yang mengharuskan dirinya menjadi perisai pelindung negeri. Siapapun yang berniat menghancurkan anak bangsa akan dihukum tegas, tanpa pandang bulu. Semisal  menerapkan sanksi tegas bagi pengedar narkoba, pelaku pedofil dan seks bebas, LGBT. Menutup tempat-tempat hiburan yang berbau maksiat. Menciptakan suasana yang kondusif di berbagai aspek kehidupan demi lahirnya generasi pemuda "Gapleh".

Wahai pemuda "Gapleh", Tunjukkan karyamu!, kobarkan semangatmu! raih prestasi untuk Indonesia lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun