Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Merantau adalah Memori yang Selalu Dikenang

20 April 2021   22:09 Diperbarui: 21 April 2021   09:53 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Foto kenangan sebelum mas Bisri (paling tengah) balik ke Indonesia for good 14 April 2021 (private document)

"nak kalua kamu sudah selesai kuliahnya, pergilah merantau untuk cari kerja biar bisa bantu bapak dan ibumu untuk membiayai adik-adikmu. Kasihan bapak kamu setengah mati dalam bekerja dan adik-adikmu masih butuh biaya untuk sekolah. Kamulah harapan bapak dan ibu untuk menopang keluarga ini". 

Itulah sepenggal kata dari ibu saya ketika saya akan selesai kuliah di akhir tahun 2007, kurang lebih 14 tahun lalu.

Dengan keadaan ekonomi yang cukup terbatas pada saat itu, bapak dan ibu berusaha menyekolahkan kami berempat bersaudara dengan sangat susah payah, pinjam sana sini di rentenir, ambil kredit dari bank selama beberapa tahun, berharap kelak kami anak-anaknya dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. 

Ada perasaan bangga dan terharu ketika dapat menyelesaikan study di perguruan tinggi. Perjuangan yang begitu berat selama kurang lebih 4 tahun dalam menyelesaikan study, benar-benar fokus pada study walaupun kadang-kadang tidak lulus ujian juga dan membuat kepala menjadi pusing tujuh keliling, sehingga harus mengambil semester pendek atau gabung dengan mahasiswa baru untuk mengulang kembali. 

Menghemat segala pengeluaran dengan tidak berpoyah-poyah dalam menghabiskan kiriman perbulannya dari orangtua, serta bekerja paruh waktu menjadi kuli bangunan mengaduk semen di waktu luang adalah suatu cara yang dilakukan agar bisa bertahan hidup selama kuliah di Makassar waktu itu.

Akhirnya begitu selesai kuliah, masih ada beban moral yang harus ditanggung kembali. Saya sadar bahwa sebagai anak pertama dalam keluarga harus membantu orangtua dalam membiayai saudara yang masih bersekolah, sehingga ini merupakan pekerjaan tambahan buat saya dalam hati dan pikiran untuk segera mendapatkan pekerjaan. Akhirnya berpikirlah saya untuk merantau sebagai alternatif untuk bisa menemukan pekerjaan di daerah lain. 

Sekitar pertengahan bulan Juni 2008, saya memutuskan untuk merantau sejauh-jauhnya ke luar negeri yang di ajak oleh kerabat dekat yang mana dialah yang paling berjasa dalam hidup saya sampai sekarang ini. Beliaulah yang membuka jalan dan memberikan kesempatan kepada saya untuk merantau di benua Eropa. 

Pada dasarnya, merantau adalah sebuah rencana (plan) yang diambil oleh seseorang untuk mengadu nasib di luar daerah asalnya dengan sebuah harapan akan menemukan suatu pekerjaan yang layak atau penghidupan yang lebih mapan lagi. 

Merantau itu bukan suatu keharusan yang di ambil ketika telah menyelesaikan pendidikan, tetapi keputusan merantau bukan saja dilakukan karena telah menyelesaikan pendidikan tetapi karena ada alasan finansial, sehingga seseorang memutuskan untuk pergi merantau untuk mencari kerja atau menjalankan suatu bisnis baru. 

Sebagai contohnya adalah ketika seorang ayah dalam rumah tangga yang sedang bangkrut dalam usahanya, dia terhimpit oleh hutang dan tagihan lainnya akibat tak bisa lagi membayar segala cicilan yang ada ketika baru membangun bisnisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun