Mohon tunggu...
heri latief
heri latief Mohon Tunggu... -

penyair

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dendam

23 Januari 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

kenapa namanya rustam tembak? begitu pertanyaanku pada si lubis jenggot. dengan gaya tukang cerita lubis menerangkannya, bahwa suatu malam besti seorang jagoan dari negara tetangga datang ke asrama indonesia di sailorstrasse, ia datang bersama dendam, kata lubis sembari mengelus jenggotnya. matanya menerawang jauh sepertinya ia sedang melihat masa lalu.

beberapa bulan sebelumnya besti berkelahi dengan orang indonesia, gara garanya kerna orang indonesia itu memacari kekasihnya besti sewaktu ia masuk penjara. dalam perkelahian itu besti dikroyokin babak belur. insiden ini berbuntut panjang, sepanjang dendamnya besti.

besti memang aslinya punya nyali, setelah babak belur dipukuli dan masuk rumah sakit tidak menciutkan nyalinya. ia datang, ia marah, dan berbeceng pula itu. pertempuran babak kedua dimulai sewaktu besti memencet bel rumah tujuannya.

dari balik pintu terdengar swara, "intip dulu, jangan maen buka aja!", beberapa detik kemudian besti melihat sebuah biji mata nongol dari lobang spesial tempat ngintip. besti langsung bilang: "apa kabar?".

lalu pintu terbuka, dan tiba tiba terdengar dar der dor, swara tembakan menggema, teriakan orang panik mengabarkan kekacauan, di malam itu dendam datang tak diundang. salah satu korbannya adalah rustam, untungnya ia hanya kena tembak di pantatnya, dan sampai hari ini ia tak mau mengulang cerita betapa sakitnya rasa dendam yg terpendam.

beberapa tahun kemudian ada berita dari mulut ke mulut besti dijeger kawannya sendiri, biasalah rebutan bisnis gelap yang memakan korban sesama kawan.

lubis jenggot menutup ceritanya dengan sebuah ungkapan, siapa yang menyakiti orang akan disakiti orang lain, hukum karma itu namanya katanya dengan bergaya jumawa.

Amsterdam, 23 januari 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun