Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

New Normal: Akankah Kembali Normal?

28 Mei 2020   14:01 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:11 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggemaskan memang ketika dalam situasi pandemi yang begitu menyiksa ini , istilah "new normal" sudah mulai digaungkan. Bagi penulis, new normal adalah sebuah langkah dari akumulasi kejenuhan dan buntunya solusi dari pemerintah dalam menangani pandemi ini, sehingga pemerintah mulai mengambil jalur menyelamatkan ekonomi secara total melalui aktifitas normal kembali dengan pertimbangan adanya "herd immunity" sebagai alasan yang kuat untuk menyeimbangkan bahwa new normal itu harus dilakukan.

Negara-negara seperti Vietnam, Singapura, dan beberapa negara Eropa mulai menggaungkan new normal ketika tanda-tanda Covid-19 ini mulai berakhir (kasusnya menurun), bahkan "zero case", sementara negeri ini mulai membincangkan istilah new normal ditengah data dari kasus Covid-19 ini mengalami fluktuasi angka. Disinilah letak Kritikannya. Itu menandakan adanya depresi yang amat kuat dari pemerintah dalam menangani kasus ini sehingga berujung pada langkah terakhir yaitu new normal, "toh masyarakat kita juga herd immunity, bisa sembuh kok nanti, daripada ekonomi gak jalan", begitulah kira-kira semangatnya.

Pertanyaan, apakah semuanya akan normal kembali atau akan muncul aspek-aspek lain yang akan mengalami depresiasi baru?. Poinnya adalah keduanya bisa terjadi, yaitu ekonomi akan kembali berputar layak biasanya, pada saat yang sama penularan Covid-19 pun terus akan bergulir dengan mudahnya, maka pada posisi ini akan muncul golongan depresi baru, salah satunya adalah riuhnya manajemen rumah sakit dan instrumen lainnya yang harus total, termasuk kompleksitas masalah tenaga kesehatan dengan kasus yang semakin kompleks. Pendeknya jangan sampai ada instilah "Indonesia terserah jilid II" yang lebih ramai lagi.

Semuanya harus siap dengan perubahan anti mainstream. Bahkan metode belajarpun secara konferehensif akan menggunakan motede online layaknya aktivitas normal ketika pandemi, yang terjadi adalah akan banyak siswa yang memaksakan dirinya membeli HP android dan ngutang paket internet di tengah kemiskinan yang melanda mereka, apakah pemerintah siap akan hal-hal sederhana seperti ini?, Ini juga harus dipikirkan meskipun sederhana tapi implikasinya sangat beragam.

Ingat, kebijakan yang tak konferehensif tentang implementasi "new normal dan herd immunity" pun juga akan menciptakan ketimpangan ekonomi dan sosial yang menganga ketika kebijakan ini dipraktekkan pada satu wilayah, pada saat yg sama wilayah lain tidak, maka pada saat inilah sensitifitas konflik juga sangat rentan.

Its OK tentang new normal, namun pemerintah harus siap dengan eksternalitasnya, dan pemerintah harus mampu menciptakan solusi baru ditengah dua keputusan penting ini dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun