Program tersebut adalah bagian dari visi-misi pemerintah yang orientasinya jangka panjang, tapi ketika hal tersebut dipraktikkan di tengah pandemi ini, di mana telah terjadi ketidakpastian ekonomi dan daya beli masyarakat menurun, maka di sinilah letak patologi formulasi kebijakannya.Â
Pada akhirnya orientasi kebijakan menjadi sia-sia di tengah negara sedang membutuhkan anggaran yang memadai. Ending-nya, terkesan membuang-buang uang.
Orientasi kebijakannya sungguh kontradiktif dengan kondisi masyarakat itu sendiri. Dalam kondisi kritis seperti ini, rakyat sesungguhnya butuh makan.
Maka berikan mereka uang, setelah itu berikan insentif kepada UMKM, maka stabilisasi perputaran uang masih berlaku. Meskipun dalam skala kecil, hal tersebut bisa menyelamatkan daya beli masyarakat.Â
Dari mana saja uangnya? Geser anggaran program tersebut pada subsidi kebutuhan masyarakat, ini namanya sistem sosialis putih di mana pemerintah hadir menyelamatkan kondisi di tengah pandemi ini.
Itu lebih konkrit untuk sementara ini ketimbang memberi teori sana-sini yang justru anomali dengan keadaan masyarakat.