Jangan Biarkan Pak Kapolri Berjalan Sendiri
(Integritas VS Zona Nyaman)
Hari ini seluruh elemen bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda ke 94 dengan tema " Bersatu Bangun Bangsa". Saya bersama Pegawai KPK lainnya melaksanakan Upacara di Kantor KPK, Gedung Merah Putih, Setiabudi Jakarta Selatan. Code dress yang dikenakan adalah batik motif kedaerahan. Salah satu upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan. Sebuah kebanggaan, tentunya.
Semangat kebangsaan di sela euphoria Sumpah Pemuda, beriringan dengan semangat Pak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo pada Jajaran Polri minggu yang lalu. Salah satunya, yang menjadi viral adalah arahan Kapolri yang dengan tegas jajarannya untuk tidak melakukan pungli guna meraih kembali kepercayaan publik.
Kemarin, ujud keseriusannya dalam upaya peraih kembali kepercayaan masyarakat, Kapolri sidak di beberapa titik pembuatan SIM, seperti di Satpas SIM Polda Metro Jaya. Saya tidak tahu, bagaimana kelanjutan dan respon atas sidak tersebut. Akankah proses pembuatan SIM sesuai prosedur yang outcome nya adalah tereliminasinya keluhan masyarakat pembuat SIM atau masih tetap muncul pengaduan? Perjalanan waktu yang kelak bisa menjawab.
Mengapa sidak pertama pada Pelayanan SIM? Tentu ada alasan, namun bila boleh menduga, tiada lain Pelayanan SIM itulah yang selama ini sering menjadi obyek aduan masyarakat. Bisa jadi, di lain waktu Kapolri akan sidak ke unit Pelayanan lain di lingkungan Polri di daerah dengan mengambil sample.
Langkah strategis Kapolri dengan arahan tegas ke jajarannya, turun sidak ke lapangan, dan bila nantinya menindak tegas seperti arahan beliau yang viral, pada siapapun yang tetap nekad "nutup mata, nutup telinga", sehingga masih saja terjadi apa yang sudah ditegaskan Kapolri, tentu menjadi "sesuatu" yang ditunggu publik.
Tindakan tegas sebagai bentuk punishment merupakan buah konsekuensi dari ketidakperdulian, tidak sensitive dan menempatkan diri pada zona nyaman seorang pemimpin.
Menurut pakar Behavioural Psychology, AK White, zona zaman adalah sebuah keadaan di mana seseorang merasa terbiasa dan nyaman karena mampu mengontrol lingkungannya. Dalam konteks lain, ia tidak berani mengambil resiko untuk mencoba sesuatu yang baru.
Merasa nyaman dengan kondisi yang sudah lama terjadi, meskipun mengetahui bahwa kondisi tersebut "tidak benar", adalah sebuah pengkhianatan atas nilai-nilai seorang pemimpin yang memegang integritas. Meminjam pendapat Manoj Arora : " Zona nyaman adalah jebakan terbesar dan keluar dari zona nyaman  adalah tantangan terbesar."
Bila sudah demikian, penguatan nilai integritas dan energi kepemimpinan menjadi kata kunci, pendapat kolega saya di Diklat Pim II Angkatan XXII Tahun 2022, Drs. H. Ulyas Taha, MPd, Kepala Kanwil Kementerian Agama Sulawesi Tengah, atas artikel saya sebelumnya : " Jangan Biarkan Pak Kapolri Berjalan Sendirian"