Musim kemarau biasanya ditandai dengan cuaca cerah dan sedikit hujan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami anomali cuaca yang tidak biasa, dengan hujan deras yang terjadi di tengah musim kemarau. Fenomena ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga dapat menyebabkan banjir dan kerusakan infrastruktur. Berikut adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan anomali cuaca ini
1. Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim global adalah salah satu penyebab utama anomali cuaca. Pemanasan global, yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, telah meningkatkan suhu permukaan bumi. Hal ini menyebabkan penguapan yang lebih cepat dan meningkatkan jumlah uap air di atmosfer, yang kemudian dapat menghasilkan hujan deras. Perubahan iklim juga mempengaruhi pola angin dan tekanan udara, yang dapat mengubah jalur siklon dan badai
2. El Nio dan La Nia
Phenomena El Nio dan La Nia, yang terkait dengan perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik, juga mempengaruhi cuaca di Indonesia. El Nio biasanya menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan lebih kering, sedangkan La Nia dapat menyebabkan hujan yang lebih banyak dan lebih deras. Saat ini, kita sedang mengalami pengaruh La Nia
3. Aktivitas Vulkanik
Aktivitas vulkanik, seperti letusan gunung berapi, dapat mempengaruhi cuaca dengan mengeluarkan partikel-partikel ke atmosfer. Partikel-partikel ini dapat mempengaruhi pola cuaca dan menyebabkan hujan yang lebih deras
5. Sirkulasi Siklonik dan Badai Tropis
Sirkulasi siklonik di wilayah tertentu, seperti Bengkulu, dan badai tropis di utara Indonesia, dapat menghasilkan hujan deras yang tidak biasa di musim kemarau. Fenomena ini dapat dipengaruhi oleh perubahan pola angin dan tekanan udara yang terkait dengan perubahan iklim global.
6. Dinamika Atmosfer
BMKG menjelaskan bahwa hujan deras di musim kemarau dapat dipengaruhi oleh dinamika atmosfer, termasuk perubahan arah angin dan tekanan udara permukaan. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan uap air untuk mengembun lebih cepat dan menghasilkan hujan yang lebih deras.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI