Mohon tunggu...
Nodi Herhana
Nodi Herhana Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Teacher of Civic Education

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aktor Politik "Zaman Now"

10 Agustus 2018   14:23 Diperbarui: 10 Agustus 2018   14:43 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: politusic.com)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat memberikan dampak signifikan dalam berbagai bidang, termasuk bidang politik. Politik yang sejatinya adalah ruang bagi para elite politik sekarang sudah menjadi ruang bersama publik. Tidak ada lagi jarak antara elite politik dengan masyarakat, apa lagi kalau bukan karena media sosial.

Setiap media sosial seperti facebook, twitter, instagram, youtube dan yang lainya tiada hentinya setiap hari memberitakan setiap kejadian yang dialami oleh para elite politik tersebut. Setiap tokoh partai atau elite politik harus selalu menjaga ucapan dan tindakannya, karena kalau blunder sedikit aja akan menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat khususnya netizen.

Sebelum jauh membahas politik alangkah baiknya kita memahami makna dari politik itu sendiri. Handoyo,dkk (2010:40) mengungkapkan bahwa politik memiliki banyak arti, tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang dipakai oleh para penulis.

Setelah menjelaskan banyak konsep politik dari para ahli, Handoyo, dkk (2010:41) menyimpulkan bahwa politik adalah suatu peristiwa, kegiatan, atau proses yang melibatkan pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara dalam membuat kebijakan, keputusan, atau mendistribusikan nilai (berupa barang dan jasa) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan di sini yang dimaksud elite politik adalah orang-orang yang menjadi tokoh-tokoh sentral dalam partai politik maupun pemerintahan. Mereka yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan perpolitikan.

Selanjutnya kita hidup dimana smartphone adalah teman setia dari kehidupan generasi zaman now atau biasa disebut generasi milenial. Lyons (dalam Putra, 2016) mengungkapkan ciri -- ciri dari generasi milenial adalah: karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung di mana ia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya, memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan.

Sebagai elite politik atau aktor politik mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kehidupan zaman now ini. Bila tidak bisa memanfaatkan keadaan ini maka tidak akan dikenal oleh masyarakat dan memperkecil dukungan massa.

Berbeda jika seorang aktor politik yang dia juga sebagai aktor sosialita, dia akan dikenal oleh banyak orang sehingga bisa menambah elektabilitas dirinya. Tren politik yang sedemikian terbuka ini akan merubah konstelasi politik dari yang statis menuju politik yang dinamis.

Politik yang statis adalah politik yang tidak mudah berubah atau bersifat tertutup. Masyarakat hanya sebagai penonton saja tanpa tahu yang terjadi sesungguhnya. Sedangkan politik dinamis adalah politik yang sangat mudah berubah sesuai dengan keadaan tertentu.

Masyarakat sudah mulai paham dan bisa berkomentar secara langsung kepada aktor politik melalui media sosial karena terbukanya akses untuk berkomunikasi.

Pergeseran paradigma ini tentu akan sangat bermanfaat terutama dibidang pembangunan ekonomi dan sosial. Sebagai seorang aktor sosialita yang diikuti (media sosialnya) oleh banyak masyarakat, elite politik perlu melakukan selfie,vlogger, maupun hanya sebatas foto biasa.

Meskipun hanya terlihat sederhana, namun netizen akan melihat dengan seksama, dan akan menimbulkan banyak pertanyaan. Mulai dari pertanyaan yang serius hingga pertanyaan yang bikin lucu.

Sebagai contoh ketika Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato di istana negara mengenakkan jaket Bomber, netizen di sosial media sebagian serius mendengarkan isi pidato itu, namun justru banyak yang memperhatikan jaket yang dikenakkan tersebut, alhasil banyak penjual jaket Bomber yang mendapatkan keuntungan. Secara tidak langsung para aktor politik melakukan fungsi endorse terhadap apa yang mereka kenakkan.

Dilihat dari sisi sebaliknya atau dari sisi masyarakat, keberadaan para tokoh pimpinan di media sosial membuat masyarakat merasa dekat dengan pemimpinnya tersebut. Masyarakat akan dengan mudah untuk menyampaikan aspirasi mereka lewat media sosial.

Sebagai contoh masyarakat merasa resah dengan kegiatan pungutan liar atau pungli yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab diberbagai tempat, sehingga mereka bisa dengan mudah melaporkan tindakan pungli tersebut ke pemimpinnya sehingga pemerintah cepat bertindak dengan membentuk tim Saber Pungli untuk memberantas pungli-pungli yang terjadi di masyarakat.

Kita sebagai masyarakat tidak tahu apakah yang dilakukan aktor politik itu adalah sebuah pengabdian kepada negara atau hanya pencitraan semata. Apalagi mendekati waktu-waktu pemilihan umum tentu para aktor politik akan lebih gencar lagi dalam publikasi kegiatannya di media sosial. Lebih jauh lagi, masyarakat harus pintar-pintar dalam menyaring informasi di media sosial yang saat ini banyak beredar berita hoaks.

Berita hoaks adalah berita yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggung jawabkannya secara nyata. Inilah salah satu sisi buruk dari media sosial. Selalu saja ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan lawan politiknya dengan menyebarkan berita hoaks.

Ada juga oknum tertentu yang menggunakan isu SARA untuk menjegal lawan politiknya. Layaknya sebuah pisau, media sosial bisa bermanfaat ketika mampu mengerti cara mainnya, di sisi lain media sosial dapat menghancurkan dirinya sendiri apabila tidak mampu menggunakannya.

Sebagai aktor politik sekaligus aktor sosialita, sudah seharusnya mereka memberikan teladan yang baik bagi masyarakatnya, memberikan manfaat kepada masyarakat melalui postingan-postingan yang bersifat edukatif dan membangun.

Masyarakat saat ini sudah lebih cerdas dalam berpolitik, mereka tidak lagi memilih pemimpin berorientasi pada uang, namun pada kerja nyata di lapangan. Tugas masyarakat adalah mengawasi para aktor politik agar tidak berperan diluar skenario yang telah ditetapkan melalui perantaraan media sosial

DAFTAR PUSTAKA

Handoyo, Eko dkk. 2010. Etika Politik dan Pembangunan. Semarang: Widya Karya.

Putra, Yanuar Surya. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti, Vol 9 No.18, 123-134.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun