Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UU ITE, Eksistensi dan Kewarasan Berpendapat di Dunia Maya

27 Februari 2021   07:38 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Hoaks - jalandamai.org

Semua orang tentu sepakat berekspresi dan berpendapat di dunia maya tentu menyenangkan. Terlebih jika para followers atau subscriber terus bertambah, tidak hanya bisa berpotensi mendulang pundi-pundi rupiah, tapi juga bisa memberikan eksistensi tersendiri. Tak heran jika para selebgram pun bermunculan. Para tokoh publik mulai rama-ramai mengakses media sosial demi mendapatkan eksistensi tersebut. Untuk bisa mengejar eksistensi, berbabagai cara pun sering dilakukan.

Tidak sedikit diantara para netizen yang berusaha mendapatkan eksistensi memposting hal-hal yang mengundang sensasi. Ada persoalan pribadi yang diumbar di media sosial, melelakukan hal yang tidak masuk akal, bahkan tidak sedikit yang melakukan provokasi dengan membubuhi sentimen SARA. Beberapa waktu lalu, ada seorang buzzer yang sempat dilaporkan karena diduga melakukan sentimen SARA terhadap seseorang. Begitu ramai di public dan dilaporkan ke aparat kepolisian, tidak lama para pihak yang berseteru tersebut bertemu secara kekeluargaan, dan kasusnya pun menguap begitu saja.

Ada juga pihak-pihak yang untuk mengejar eksistensi kelompok, ada pihak yang secara sengaja menebar kebencian terhadap kelompok tertentu. Jaringan kelompok radikal misalnya. Seringkali mengatakan si A kafir, si B kafir, hanya karena dianggap berbeda. Sementara mereka yang mengatakan kafir merasa dirinya paling benar dan bebas mengeluarkan pendapat, yang kadang cenderung provokatif. Akibatnya, tidak sedikit pula diantara para pengikutnya mengikuti tokoh publik yang cenderung provokatif tersebut.

Eksistensi memang bisa dicari dengan cara apapun. Namun alangkah lebih baik jika dicari dengan cara-cara yang santun, yang inspiratif dan memberikan manfaat kepada publik. Media sosial memang bisa menjadi jalan pintas untuk mendapatkan eksistensi tersebut. Namun media sosial harus difungsikan secara semestinya, bukan disalahgunakan untuk menebar kebencian, menghujat ataupun melakukan provokasi kepada masyarakat.

Kondisi ini bisa mengkhawatirkan karena tingkat literasi masyarakat masih tergolong rendah. Masyarakat kesulitan membedakan mana berita bohong mana yang benar. Masyarakat juga jarang menggunakan nalarnya, karena sudah kadung percaya terhadap pernyataan si tokoh publik. Hal-hal semacam ini seringkali terjadi. Akibatnya, polemik di dunia maya yang kian memanas, tak jarang merembet ke dunia nyata. Provokasi yang massif berujung pada pengerahan massa. Dan pada titik inilah, potensi konflik di tengah masyarakat bisa terjadi.

Untuk meredam hal tersebut, pemerintah pun melahirkan UU ITE beberapa tahun silam. Namun pada prakteknya UU ini seringkali digunakan oleh seseorang untuk saling melaporkan, karena dianggap mencemarkan nama baik. Banyak orang menuduh UU ini untuk membungkam pihak-pihak yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah. Padahal semangat UU ini adalah untuk menjaga hak kebebasan perpendapat, entah dalam bentuk kritikan atau yang lain tetap terjaga dan terlindungi. Karena UU selalu memberikan kebebasan, juga menjaga hak para penggunanya.

Bebas disini tentu bukanlah bebas tanpa aturan. Bebas tetap harus diikuti dengan etika, agar tidak merugikan hak orang lain, agar tidak memunculkan hoaks, hate speech ataupun provokasi. Dan kita semua tentu bisa melihat apa yang terjadi belakangan ini. Kebencian begitu vulgar di media sosial. Antar sesama bisa saling caci hanya karena persoalan sepele. Mari kita saling introspeksi. Terlepas bagaimana pandangan orang terhadap UU ITE, yang jelas beraktifitas di dunia maya harus tetap mengedepankan etika, toleransi, saling menghargai keberagaman dan kemanusiaan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun