Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Belajar Merdeka dari Perilaku Diskriminatif

15 Agustus 2020   19:54 Diperbarui: 15 Agustus 2020   19:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka - mediaindonesia.com

Berperilaku diskriminatif merupakan bentuk perilaku yang tidak manusiawi. Manusia di muka bumi ini, pada dasarnya mempunyai kedudukan yang sama, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Semestinya antar sesama manusia tetap bisa saling menghargai dan menghormati. Tetap bisa saling berdampingan dalam keragaman, tanpa mempersoalkan perbedaan latar belakangnya.

Dalam implementasinya, terkadang masih saja ada sebagian masyarakat yang berperilaku diskriminatif. Penyebabnya pun terkadang membung kita miris. Hanya karena persoalan kecil, atau persoalan kesalahpahaman, bisa saling caci, saling pukul, bahkan saling bunuh. Perilaku diskriminatif tersebut sebenarnya bisa kita redam, jika kita menghilangkan bibit kebencian tersebut sejak dari dalam pikiran.

Jika kita tidak belajar menghilangkan kebencian tersebut, perilaku diskriminatif akan mudah muncul dalam kondisi apapun. Lihat saja sejarah. Ketika era perjuangan merebut kemerdekaan, sudah ada politik adu domba yang digunaan penjajah untuk memecah belah. Masyarakat yang mudah terpengaruh, akan langsung meresponnya dengan saling membenci. Akibatnya, perjuangan untuk merebut kemerdekaan terganggu, meski akhirnya masyarakat sadar dan berhasil merebut kemerdekaan.

Di era digital seperti sekarang ini, adu domba telah berubah menjadi provokasi. Meski beda istilah, namun sejatinya sama saja. Provokasi ini lah bisa membuat terjadinya perilaku yang diskriminatif. Mungkin kita masih ingat ketika sebagian masyarakat di Tanjung Balai, Sumatera Utara terprovokasi informasi salah di media sosial, lalu berujung pada pembakaran beberapa tempat ibadah. Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun lalu, tapi provokasi masih tetap saja terjadi dalam kondisi apapun.

Ketika pandemi covid-19 saja, perilaku diskriminatif sempat terjadi. Petugas medis yang rela mengorbankan nyawanya untuk menangani pasien covid-19 justru mendapatkan prilaku diskriminatif ketika pulang ke rumah. Petugas kesehatan dianggap membawa virus ketika pulang ke rumah. Padahal, ketika petugas menangani pasien covid tentu menggunakan standar prosedur kesehatan.

Masyarakat yang literasinya rendah, langsung mudah terprovokasi ketika dihembuskan berita bohong. Bahkan jenazah yang meninggal karena covid pun, juga ada yang mendapatkan diskriminasi. Sebagian warga di beberapa daerah pernah ada yang menolak jenazah covid, karena dianggap membawa virus.

Mari bebaskan diri kita dari segala bibit diskriminatif. Mari merdeka dari segala pengaruh buruk. Negeri ini perlu generasi penerus yang tidak memelihara kebencian. Negeri ini perlu generasi yang cinta damai, toleran dan mengedepankan kemanusiaan. Negeri ini tidak  butuh generasi pemecah belah, yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan. Mari menjadi pemersatu untuk negeri. Rangkullah keragaman yang ada di negeri ini dengan suka cita. Karena keberagaman yang ada di negeri ini merupakan anugerah, yang harus kita jaga dan lestarikan. Salam. Dirgahayu Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun