Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Bersatu, Jangan Jadikan Media Sosial Tempat Saling Berseteru

17 Januari 2019   08:07 Diperbarui: 17 Januari 2019   08:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Dunia Maya - jalandamai.org

Ketika kelompok ISIS masih menguasai Suriah dan Irak, pimpinannya pernah memerintahkan kepada para pengikutnya untuk menguasai media sosial. Sejak saat itulah, para pengikut ISIS langsung aktif menebarkan propaganda radikalisme melalui media sosial.  

Mereka juga aktif menebar kebencian kepada pihak-pihak yang dianggap bertentangan dengan dirinya. Di Indonesia sendiri, para simpatisan ISIS juga mulai mengkafirkan pemerintah, Pancasila dan dan masih banyak lagi. Semuanya jelek dimata para simpatisan ISIS, kecuali kelompoknya sendiri. Praktek semacam inilah yang kemudian banyak digunakan oleh para buzzer dan timses pasangan calon untuk menang dalam perhelatan politik seperti pilkada ataupun pilpres mendatang.

Sadar atau tidak, sebagian orang telah terpapar dan secara sengaja menebar bibit kebencian yang bisa mendekatkan diri pada praktek intoleran dan radikalisme. Jelang pemilihan presiden dan wakil presiden, dunia maya begitu nyata terlihat pertarungan antar pendukung pasangan calon. Sementara, substansi dari gagasan, program yang ditawarkan jika terpilih menjadi pemimpin, praktis tidak begitu nyata terlihat. 

Timses dan para buzernya pun juga tidak secara berani mendikusikan hal ini secara gamblang ke publik. Para pendukung paslon justru lebih bersikap nyinyir, saling mencaci dan mencari kejelekan dan kesalahan paslon lain. Banyak yang berharap debat perdana bisa melahirkan diskusi yang bermanfaat bagi calon pemilih.

Media sosial semestinya bisa digunakan untuk menyatukan semua keragaman, bukan justru justru digunakan untuk saling berseteru antar pendukung. Berdebat, berbeda argumen dan pendapat sebenarnya menjadi hal yang wajar dalam sebuah negara demokrasi. Namun yang menjadi persoalan, argumentasi yang muncul didasarkan pada informasi yang salah alias hoax. 

Pendapat yang muncul didasari pada kebencian. Provokasi terus dimunculkan, agar masyarakat menjadi bimbang dan galau. Ketika ada pihak yang melawan dengan argumentasi yang lebih logis, yang sesuai fakta, tak jarang justru mendepat ancaman. Jangan sampai hanya karena berbeda pilihan politik, bisa memicu terjadi perpecahan di tingkat masyarakat.

Seharusnya para pihak yang bertarung dalam perhelatan politik ini, sepenuh sadar bahwa perseturan itu hanya akan memunculkan amarah yang berlebihan. Isu kebangkitan komunisme dimunculkan, padahal tidak terlihat ada kebangkitannya. Isu kriminalisasi ulama muncul, padahal tidak ada ulama yang dikriminalkan. Sekali lagi, mari kita saling memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat. 

Mari kita belajar dari apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Meski di era Nabi belum ada media sosial, namun ucapan dan perilaku Nabi yang tidak pernah mencaci, tidak pernah melakukan persekusi, dan merangkul setiap keragaman, serta selalu memberikan maaf kepada siapapun yang pernah melakukan kekerasan. Bisakah kita sebagai seorang muslim melakukan hal tersebut di era yang penuh dengan kebencian saat ini?

Yuk kita sudahi segala bentuk perseteruan atas nama apapun. Mari kita sudah kebencian dengan alasan apapun. Kita semua sama dan kita semua bersaudara. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal dan pikiran, sebagai seorang manusia yang beragama, dan sebagai seorang warga negara Indonesia, mari kita hentikan segala bentuk kebohongan dan kebencian. 

Mari kita ganti dengan narasi cinta dan perdamaian. Media sosial bisa menjadi perekat keragaman jika memang kita menggunakan untuk hal tersebut. Stop saling seteru, mari kita bersatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun