Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memupuk Toleransi di Dunia Maya

27 Januari 2018   03:42 Diperbarui: 27 Januari 2018   05:57 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop SARA di Dunia Maya - x.detik.com

Toleransi tidak hanya diperlukan dalam dunia nyata. Dalam dunia maya, toleransi ternyata juga sangat diperlukan. Karena saat ini setengah dari waktu manusia di berbagai belahan dunia manapun, dihabiskan di dunia maya. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, orang tidak bisa lepas dari smartphone. Ada yang digunakan untuk keperluan positif, tapi tidak sedikit untuk kepentingan negatif. Ujaran kebencian merupakan salah satu contoh, bahwa praktek intoleransi itu ternyata juga telah disusupkan ke dunia maya. Menebar kebencian di dunia maya, sangat berbahaya. Hanya dalam waktu singkat, kebencian itu bisa menyebar kemana saja dan bisa menyasar siap saja.

Juli 2016 lalu, lima vihara di Tanjung Balai Sumatera Utara dibakar oleh sebagian orang, hanya karena terprovokasi di dunia maya. Pada pilkada DKI Jakarta tahun kemarin, provokasi di media sosial juga begitu masif. Para pendukung pasangan calon begitu aktif saling menjatuhkan dengan cara menghujat, menebar berita bohong, hingga menyebarkan berita bohong. 

Bahkan, ada juga oknum yang menyewa jasa penyebar kebencian seperti yang dilakukan oleh organisasi Saracen. Hal ini pun akhirnya terungkap, setelah pilkada DKI usai. Pengelola organisasi ini mengakui telah menjual jasa penyebar kebencian.

Dampak yang kemudian terjad dari semua ini adalah, masyarakat menjadi hilang sifat kritisnya. Masyarakat akan hilang obyektifitasnya. Masyarakat juga akan mudah marah, meski sebelumnya menjadi pribadi yang ramah. Semuanya itu bisa terjadi karena masifnya provokasi di media sosial. Apa yang diprovokasi? 

Biasanya berisi tentang sentimen SARA. Misalnya, kelompok A yang mengklaim dirinya mayoritas merasa tidak diakomodir. Mayoritas merasa kelompok minoritas akan berusaha menguasai segalanya dengan berbagai cara. Yang terjadi kemudian adalah saling menghujat, saling menyudutkan, bahkan tak jarang pihak mayoritas melakukan persekusi atau penyerangan secara sepihak.

Apa yang terjadi di Tanjung Balai 2016 itu, merupakan salah satu contoh yang seharusnya bisa jadi pembelajaran bersama. Indonesia sangat mengedepankan toleransi. Segala aktifitas dan budaya masyarakatnya, sangat menjunjung tinggi yang namanya keberagaman dan kemanusiaan. Menjadi aneh jika ada orang Indonesia, namun perilakunya justru seringkal menebar kebencian. 

Begitu juga jika ada orang mudah marah, hanya karena merasa dirinya 'diganggu' oleh pihak minoritas. Perdebatan yang tidak sehat ini, terus dibangun oleh kelompok intoleran dan radikal, agar kerukunan yang selama ini terjalin bisa berantakan.

Dunia maya tidak hanya sebatas dunia untuk berinteraksi antar sesama. Tapi juga dunia untuk belajar saling mengerti dan memahami antar sesama. Dunia maya juga merupakan tempat untuk saling menghormati. Esensi dari toleransi dan menjaga kerukunan harus diterapkan di dunia maya, karena aktifitas masyarakat milenial saat ini tidak bisa dilepaskan dari dunia maya. 

Jika dunia maya terus dikotori dengan pesan-pesan negatif, dalam dunia nyata pun tidak menutup kemungkinan bisa terjadi hal serupa. Mari saling introspeksi diri. Indonesia adalah negeri yang sangat beragam. Jika keberagaman itu tidak dijaga, hanya karena persoalan perbedaan, tentu akan sangat disayangkan. Karena itulah, mari ramaikan dunia maya dengan pesan-pesan damai. Toleransi harus terus disuarakan di media sosial. Semoga kita semua bisa menerapkan hal ini dalam keseharian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun