Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Diary

Laku di Dapur, Runtuh di Pasar

19 Juni 2025   20:05 Diperbarui: 19 Juni 2025   17:59 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur Tak Pernah Sepi Tupperware, Tapi Toko Resmi Mulai Sepi Pembeli ( Dok Foto Kompasiana)

Semua orang punya Tupperware, tapi tak cukup orang yang mau beli baru. 

Di tengah rumah-rumah yang penuh wadah plastik warna-warni, raksasa dapur ini justru tumbang.

Dapur Tak Pernah Sepi Tupperware, Tapi Toko Resmi Mulai Sepi Pembeli


Ironisnya, Tupperware ada di hampir setiap rumah tangga Indonesia, tapi itu tak cukup untuk menyelamatkannya dari keruntuhan pasar. 

Wadah-wadah legendaris ini mewarnai dapur sejak era arisan ibu-ibu sampai seminar motivasi ala 2000-an.

 Produk ini bukan hanya tempat menyimpan makanan, tapi simbol gaya hidup bersih dan rapi. 

Sayangnya, loyalitas emosional tak selalu berbanding lurus dengan daya beli. 

Orang tetap menyimpan Tupperware lama mereka---kuat, tahan lama, dan masih berfungsi. Masalahnya: karena terlalu awet, tak ada alasan membeli yang baru.

Terlalu Ikonik, Tapi Terlalu Lambat Berinovasi


Tupperware adalah korban dari keunggulannya sendiri. Produk yang terlalu tahan lama justru membatasi perputaran pasar. 

Sementara kompetitor muncul dengan desain kekinian, harga lebih murah, bahkan bonus digitalisasi, Tupperware tampak tertinggal.

 Dulu penjualan mengandalkan jaringan pemasaran langsung, kini tergilas e-commerce dan impulsive shopping.

Konsumen generasi baru lebih tergoda diskon kilat di marketplace dibanding janji kualitas seumur hidup. 

Tanpa pembaruan agresif dan adaptasi distribusi, keikutan emosional tak lagi bisa ditukar dengan transaksi nyata.

Ada di Mana-mana, Tapi Tak Ditemukan di Keranjang Belanja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun