Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laskar Jawi: Jejak Nusantara yang Mengakar di Afrika Selatan

5 Juni 2025   18:58 Diperbarui: 5 Juni 2025   18:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Dok https://khazanah.republika.co.id/berita/okdb17313/jejak-islam-di-cape-town

Teaser

Dari tanah Jawa ke Tanjung Harapan, para budak dan narapidana politik Nusantara membentuk komunitas Muslim tangguh di Afrika Selatan. Kisah mereka hidup dalam masjid tua, kuliner khas, dan nama-nama yang bertahan lintas generasi.

Dari Jawa ke Tanjung Harapan: Jejak Awal yang Terlupakan

 "Kami datang bukan untuk menaklukkan, tapi untuk bertahan dalam takdir."

Pada abad ke-17, ketika kapal-kapal VOC berlayar mengitari Tanjung Harapan, mereka tak hanya membawa rempah dan barang dagangan. Di dalam lambung kapal, para budak, narapidana politik, dan pekerja paksa dari Nusantara dibuang jauh dari tanah kelahirannya. Mereka disebut "orang Jawi", merujuk pada asal-usul dari Jawa dan daerah sekitarnya.

Setibanya di Cape Town, mereka bukan lagi manusia merdeka. Namun justru di tanah asing inilah, laskar Jawi mulai membangun ulang kehidupan mereka. Di tengah penjajahan dan diskriminasi rasial, mereka menjalin ikatan kuat sebagai komunitas Muslim, menjaga tradisi, dan mewariskan budaya yang terus bertahan hingga hari ini.

Nama-nama seperti Abdurahman, Latief, Jasat, dan Jawi bukan sekadar pengenal. Mereka adalah suara dari masa lalu yang menolak dilupakan. Salah satu tokoh penting adalah Imam Abdullah bin Qadi Abdus Salaam---atau lebih dikenal sebagai Tuan Guru---seorang ulama dari Tidore yang menjadi ikon spiritual di Cape Town. Ia menulis Al-Qur'an dan teks-teks Islam secara manual di dalam penjara, menjadi fondasi pendidikan Islam di Afrika Selatan.

Di kawasan Bo-Kaap yang berwarna-warni, masjid-masjid tua seperti Masjid Auwal berdiri sebagai saksi bisu perlawanan kultural. Tradisi maulid, pakaian khas, hingga makanan seperti samoosa dan bredie berasal dari akulturasi cita rasa Timur dan rempah Nusantara.

Jejak-jejak itu mungkin tak tercatat di buku sejarah sekolah kita. Tapi mereka nyata. Mereka hidup di antara aroma kari, denting adzan, dan catatan lama dalam huruf Arab Melayu.

Cape Malays: Warisan Jawi yang Dilekatkan pada Nama yang Salah

"Kami bukan Melayu. Tapi kami dibentuk oleh laut yang sama."

Istilah "Cape Malays" memang membingungkan. Komunitas Muslim di Afrika Selatan ini nyatanya berasal dari berbagai daerah: Jawa, Makassar, Tidore, hingga India. Namun karena stereotip kolonial dan penyederhanaan administratif Belanda, semua disebut "Malay".

Pemberian nama itu adalah bagian dari sistem kontrol kolonial. Mengkategorikan berarti mengendalikan. Suku-suku berbeda dari Nusantara dijadikan satu identitas: Melayu. Ini memudahkan klasifikasi sosial dan hukum, tapi menghapus keberagaman asal dan kisah mereka.

Lebih ironis lagi, di masa apartheid, Cape Malays dianggap "coloured"---bukan kulit putih, bukan hitam. Mereka hidup di persimpangan identitas yang rumit. Tapi justru dari tekanan sosial itulah, warisan Jawi mereka menjadi titik ikat yang kuat: bahasa, agama, dan solidaritas komunitas.

Ilustrasi Foto Dok https://m.oase.id/read/RD1Qlw-menilik-sejarah-masjid-auwal-masjid-tertua-di-afrika-selatan
Ilustrasi Foto Dok https://m.oase.id/read/RD1Qlw-menilik-sejarah-masjid-auwal-masjid-tertua-di-afrika-selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun