Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Menunggu Waktu : "Ketika Adzan Tak Lagi Menjadi Penanda Waktu

20 Mei 2025   07:50 Diperbarui: 20 Mei 2025   07:50 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menunggu Waktu _ website kbrispdr.org

Meta Deskripsi:

Cerita bersambung ini adalah refleksi sosial tentang Abdilah, 50 tahun, ayah lima anak dari Tangerang yang kehilangan pekerjaan. 

Dalam sunyi dan doa, ia mencari harapan, cinta, dan makna hidup. Temukan perjuangannya yang menggetarkan hati di tengah badai kehidupan.

Cerita - 3 

Menunggu Waktu : "Ketika Adzan Tak Lagi Menjadi Penanda Waktu"

"Aku tak tahu lagi kapan siang dan malam berganti,yang kutahu hanya terus berjalan, meski dalam gelap."

Waktu tak lagi ku ukur dengan jam, tapi dengan detak lapar dan isak tertahan. 

Adzan Zuhur, Ashar, dan Magrib datang, tapi pekerjaanku adalah menunggu jawaban, bukan menjalankan rutinitas. 

Hidup tak lagi linier. Ia berputar dalam lingkaran tanya yang kubawa ke sejadah.

"Tiap adzan kini kupeluk erat, seperti anak yang kutinggal lama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun