Mohon tunggu...
Herdyan AnugrahTriguna
Herdyan AnugrahTriguna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Untitled

Tugas Feature

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Punk Belajar Mengaji agar Tetap Ingat Kepada Penciptanya

1 Juli 2021   16:45 Diperbarui: 1 Juli 2021   16:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak Jalanan Memperdalam Ilmu Agama dengan Belajar Mengaji di Bawah Kolong Jembatan.

Herdyan Anugrah Triguna, Jakarta 

Suara gemuruh kereta,suara bisingnya knalpot kendaraan merupakan sesuatu yang sudah biasa didengar oleh anak-anak punk jalanan. Maklum mereka biasa tinggal dibawah jembatan layang. Kondisi rumah yang jauh dan keterbatasan biaya untuk menyewa rumah kontrakan memaksa mereka untuk tinggal di sana.

Anak-anak punk jalanan yang bergabung dalam komunitas Punk Tebet Peduli sudah berdiri sejak 1 tahun yang lalu, mereka saling mengajari satu sama lain antara sesame anak punk.

“Kami menjalankan pengajian in sudah hampir 1tahun bang, sebelumnya kami itu masuknya dalam komunitas Tasawuf Underground namun karna sudah pindah ke daerah ciputat jadi kami nggak bisa buat ngaji disana karna kan nggak ada kendaraan juga, jauh juga jadi kami mendirikan lagi sendiri dengan nama komunitas yang berbeda” ujar Septa.

Anak punk yang berasal dari beberapa daerah berkumpul jadi satu, mereka tidur bersama diselimuti dinginnya malem, beralaskan karpet tipis yang terbuat dari karet merasakan kerasnya kehidupan di ibukota.

Banyak anak punk yang merantau ke Jakarta kemudian singgah di komunitas ini, meninggalkan kampong halaman, dan sanak saudara tercinta untuk bekerja di ibukota.

“disini anak punk itu bukan cuman dari jabodetabek aja bang banyak yang dari luar kota juga, jadi kayak misalkan ada yang mau ke lampung terus transit dulu gitu di Jakarta buat kerja dulu beberapa hari disini biar bisa lanjutin perjalanan ke tujuannya gitu bang, jadi disini kami terima aja kan banyak postifnya juga buat nambah-nambah temen juga” ujarnya.   

Baju lusuh, tatoan, bertindik  sering dianggap sebagai sampah jalanan merupakan motivasi tersendiri bagi anak-anak jalanan ini, hinaan,cacian merupakan makanan sehari-hari bagi mereka.

Selain melakukan kegiatan mengaji komunitas ini sering menggalang dana untuk anak yatim piatu, bencana alam, bahkan berbagi terhadap sesama. Mereka juga menyisihkan hasil dari mengamen untuk menyumbangkan sebagian penghasilannya.   

“kami kan tatoan,tindik baju robek-robek ya tau sendiri lah stigma masyarakat terhadap kami seperti apa sering juga diangkut satpol pp tapi ya ini lah kami, orang kan tau cuman luarnya doang memberikan pandangan negatip padahal kami cari uang juga dari yang halal kayak ngamen di lampu merah kalo ngga  ya ke toko-toko. Ya sehari paling dapet beberapa tapi cukup lah untuk makan doang bang kadang kalo lebih ya kita sisihkan gitu buat namabah-nambah galang dana”ujarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun