Wabah corona... memunculkan penjaja masker dadakan yang menjamur, mereka biasa menggelar dagangannya di atas trotoar
dengan lapak ala kadarnya.
Di bandrol dengan harga 15 ribuan saja, sudah bisa membawa pulang masker 2 pasang. Dengan aneka rupa corak dan warna, dagangan mereka laris di serbu para pembeli.
Ada juga yang berjualan di pagi hari, namun mereka harus siap sedia kucing-kucingan dengan Satpol PP, untuk menghindari Satgas mereka umumnya cari aman. Dengan memilih menggelar lapak dagangannya di malam hari.
Karena harga yang tergolong murah tak perlu merogoh kocek lebih dalam, mereka sangat diminati dan diburu. Kesadaran dan animo masyarakat kian hari kian tinggi untuk merapkan pola hidup sehat di tengah pandemi.
Dari mencuci bersih tangan hingga ke penggunaan masker, ditambah lagi apotek-apotek yang kehabisan stock. Maka sebagian orang memilih alternatif untuk membelinya di pedagang kaki lima.
Dan rupanya penjaja kaki lima ini jeli melihat peluang usaha, naluri bisnisnya sudah terasah tajam sekian lama. Masker merupakan kebutuhan sehari-hari, yang tidak bisa dikesampingkan.
Yang pasti akan sangat diperlukan. Sama seperti halnya sembako. Meski di haruskan untuk berdiam diri di rumah, tetap saja mereka berjualan. Dan tak mau kehilangan moment berharga, dimana bisa meraup keuntungan dan mengisi pundi-pundi rupiah
"kalau nggak jualan, kita bisa mati kelaparan Neng... bukan karena Corona...!"
Itu ucap mereka ketika saya tanya kenapa masih berjualan, sementara sudah ada larangan.
Mereka yang berjualan di bahu jalan itu, sebagian dari pedagang-pedagang sebelumnya, yang hanya mengganti jenis barang dagangannya untuk sementara waktu.
Karena seluruh area trotoar harus dibiarkan steril dari para pedagang kaki lima, namun banyak juga pedagang musiman atau dadakan yang bandel tetap berjualan lantaran tuntutan perut, di tengah geliat ekonomi yang semakin sulit dan lesu.
Written By Hera Veronica
Jakarta,
March 31,2020