Mohon tunggu...
Heny oktavia
Heny oktavia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Bagus atau tidaknya tulisanmu, teruslah untuk berkarya. Karena seburuk-buruknya karyamu, lebih buruk daripada tidak berbuat apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia Cinta

14 Agustus 2020   22:46 Diperbarui: 14 Agustus 2020   22:47 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Panas terik menyengat kulit, tak ada angin sedikit pun yang berembus. Hanya terdengar suara gelombang air yang menyapu pinggir dermaga. Suasana riuh penuh isak tangis keluarga. Mereka seakan tak peduli dengan teriknya matahari. Pemberangkatan satuan tugas di perbatasan Negara oleh prajurit TNI AD yang begitu mengharukan.


"Jangan pergi..."


Dengan mata yang berkaca-kaca, Dinda pun melepaskan kepergian kekasihnya. Satria kemudian pergi meninggalkan Dinda menuju kapal yang sudah menanti. Di ujung dermaga Dinda memandangi kapal yang kian menjauh. Satria melambaikan tangan kepada Dinda.


"Tunggu aku kembali, Sayang. Aku ingin, ketika aku kembali nanti, kamu menjemputku dengan senyum terindahmu" ucapan lirih dari Satria lewat telepon genggam sembari tersenyum dari atas kapal, walaupun sebenarnya Satria juga berat untuk meninggalkan Dinda. 

Satria berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya agar bisa membuat Dinda lebih tenang. Dinda tak mampu berucap lagi. Air matanya deras mengalir di pipinya.


 "Bang, aku berjanji akan selalu menjaga hatiku untukmu. Aku akan menunggumu kembali," ucap Dinda dalam hati sambil menghela napas di tengah perjalanan pulang.


Mentari pagi bersinar sangat indah, embusan angin terasa syahdu. Pagi ini suasana hati Dinda sedikit membaik. Dinda selalu ingat kata-kata Satria untuk selalu semangat dan menantinya kembali. Kebetulan hari itu hari minggu. Dinda ada janji untuk menemani Rere membeli sebuah kain di butik pusat kota.


"Din, bagaimana? Sudah ada kabar dari kekasihmu?" sahut Rere


"Belum Re, Bang Satria belum memberi kabar sama sekali sejak keberangkatannya. Aku benar-benar cemas. Ponselnya tidak bisa dihubungi."


"Nggak apa-apa, Din. Itu adalah bagian dari perjuangan cinta kalian. Doakan saja yang terbaik."


"Makasih ya, Re. Kamu memang sahabat terbaik," ucap Dinda sambil memeluk Rere. Mereka kemudian menyelesaikan belanjanya dan dilanjutkan makan siang di salah satu warung makan samping butik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun