Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

No Free Lunch.........

29 Desember 2015   08:53 Diperbarui: 29 Desember 2015   09:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ya, tiada sesuatu yang gratis di muka bumi ini. Udara mungkin. Tetapi saya ingat seseorang yang sedang menderita sesak nafas, ia harus membeli oksigen. Mungkin juga saat udara sekitar keit dipenuhi asap sebagaimana kejadian di Sumatera Selatan bulan Juni s/d Agustus/September 2015. Saat itu kita baru sadar betapa berharganya udara segar.

Kita bisa menghargai sesuatu ketika barang itu langka. Demikian juga spiritual. Banyak pendapat orang, belajar spiritual koq bayar? Saat berpikir demikian, sesungguhnya kita belum tahu atau memahami tentang spiritual. Spiritual seperti yang saya fahami adalah evolusi kesadaran, evolusi jiwa atau batin. Untuk menggapai tujuan suci segala sesuatu haruslah dikorbankan.

Jika untuk menempuh perjalanan suci saja masih berat untuk melepaskan kebutuhan badan atau kenyamanan tubuh, jangan berharap bisa menempuh jalan maha rumit ini. Saya ingat kisah Milarepa. Ia adalah murid dari Naropa. Naropa adalah murid dari Tilopa. Ke tiganya pejalan spiritual di daerah Tibet/India.

Suatu ketika seorang bernama Milarepa ingin berguru pada Naropa. Sang guru Naropa punya persyaratan khusus dan aneh. Ia harus membayar dengan emas untuk setiap pelajaran yang diberikan. Mungkin ada yang heran dan bahkan mengumpat, mana ada guru spiritual seperti itu. Serakah pada emas dan harta benda. Ini terjadi karena kita masih berpikir bahwa emas suatu barang berharga yang bila dijual bisa memberikan kenyamanan tubuh. Pikiran badaniah...

Inilah pola pikir seorang suci Naropa. Ia tahu bahwa bila seseorang belum bisa menyerahkan miliknya paling berharga, dapat dipastikan si orang tersebut belum layak menempuh perjalanan sipiritual. Para pejalan spiritual sejati mesti melepaskan keterikatan pada dunia benda. Jika masih ada sedikitpun kemelekatan terhadap dunia benda, sesungguhnya ia tidak akan menggapai tujuan suci. Nirvana atau kebebasan.

Naropa juga mengalami hal yang sama ketika berguru pada Tilopa. Ia harus melepaskan jabatannya sebagai pengajar di suatu perguruan tinggi di India. Kisah lengkapnya bisa dibaca disini. 

memang uang kita butuhkan, tetapi kita juga harus selalu menyadarkan diri, apakah tujuan dari kelahiran kita? Bukankah tujuan utama kelahiran kita adalah untuk evolusi batin? Berarti kesucian atau kebersihan batin yang utama. Suci berarti bebas dari keterikatan atau kemelkatan duniawi. Saat pikiran kita masih dipenuhi nafsu atau kama terhadap kenyamanan duniawi, ia masih berkualitas dunia. Berkualitas dunia berarti tidak ada lain tujuan pikiran lahir kembali ke bumi untuk menikmati yang bersifat dunia.

Benda dunia memiliki gravitasi terhadap bumi. Segala sesuatu dihasilkan oleh bumi. Tidak satu pun benda di sekitar kita tidak berasal dari bumi. Jika kualitas pikiran sarat dengan benda duniawi, jangan berharap pikiran kita bisa pecah berserakan sehingga sang jiwa individu bebas lepas melanjutkan perjalanan lebih lanjut. Selama kualitas pikiran masih sejenis dengan benda di sekitar kita, ia masih memiliki kekuatan untuk membawa tubuh kita lahir lagi di bumi.

Kecuali memang tujuan kita bukan kesucian mind atau gugusan pikiran, ya silakan tidak usah bicara spiritual. Lahir dan mati terus saja. Dan bersikukuhlah untuk tetap di bumi. Inilah cara berpikir dalam dunia neraka. Alam neraka sebagai ciptaan kita sendiri. Kita selalu menderita. Penderitaan kita terjadi karena kita tidak ingin bebas dari dunia benda. Kita menjadi budak dunia benda yang senantiasa berubah. Kita tidak bisa belajar dari alam.

Lihatlah langit. Awan bergelantungan. Saat kita naik pesawat kita sering berada di atas awan. Kita melihat awan selalu bergerak. tetapi apakah langit bergerak? Itulah tujuan kita, langt yang tidak berbatas dan bergerak. Jika pikiran kita terbersihkan dari awan atau dunia benda yang senantiasa berubah, kita akan menggapai keabadian....

Itulah kebahagiaan sejati. Jangan berharap untuk menggapai sesuatu yang abadi kita masih terikat pada yang tidak abadi. Jangan berharap bila kita tidak bisa terbang melampaui ketinggian awan kita bisa merasakan langit yang abadi.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun