Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kearifan Lokal Nusantara Berorientasi ke Sindhu atau India?

25 Mei 2015   11:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini banyak peninggalan kakawin atau satra di lontar atau prasasti leluhur lebuh berorientasi ke India,wayang misalnya. Atau pun sastra yang dituliskan pada lontar kuno. Sebagai contoh adalah buku Dvipantara Dharma Sastra (Kebijakan Kuna Nusantara untuk Masa Kini) yang dituliskan oleh Anand Krishna. Dalam buku tersebut ada 3 naskah kuna dari daerah yang berbeda. Naskah pertama Sara-Samuccaya atau kumpulan Nilai-nilai Kebajikan Utama yang dituliskan oleh Bhagavan Vararuci dalam bahasa Devagari/Sanskrit. Sebagaimana tertuliskan dalam buku Dvipantara Dharma sastra, Bhagavan Vararuci bukan orang asli India atau Sind hu. Ini tampak dalam gaya bahasa penulisan. Artinya, beliau adalah orang nusantara asli. Naskah ini masih dipakai sebagai acuan hingga saat ini di Bali. Buku atau Naskah ke dua adalah Slokantara-Ayat-ayat Kebajikan yang dituliskan pada akhir Majapahit, sekitar abad XIV - XV. Naskah ke tiga bernama Sevaka Dharma, Kitab Sunda tentang Kehidupan dan Kematian. Dalam Pembukaan buku Dvipantara Dharma Sastra, Anand Krishna menuliskan:

' Ini adalah sebuah pustaka mulia yang bersifat terbuka, dan harus saya tambahkan, sebuah pustaka mulia tentang kehidupan yang ditujukan untuk setiap orang. Sang Penggubah Bijaksana yang namanya pun tidak diketahui, telah menuliskan sekitar abad ke 15 atau ke- 16 dalam bahasa Sunda Kuna, bahasa klasik manusia Jawa Barat di Kepulauan Indonesia. Itu saja yang diketahui.'

Yang menarik adalah yang saya juga setuju sebagaimana dituliskan oleh Anand Krishna,

' Baik Sara Samucaya maupun Slokantara memuat anjuran-anjuran luhur terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Ke duanya berlandaskan prinsip-prinsip dasar yang sama, yang mana berasal dari Peradaban Sindhu, Shn-tu, Hindu, Hindia , Hindies, Indies, Indo - satu-satunya peradaban kuno di dunia yang tidak hanya masih eksis, tetapi masih berkembang terus.'

Disinilah yang menarik. Mengapa tulisannya berorientasi pada Peradaban Sindhu?

Dalam DNA kita, sebagaimana beberapa hasil penelitian bahwa dalam diri manusia ada DNA yang merekam kehidupan manusia dari awal. Adanya rekaman yang sudah dilakukan oleh setiap orang DNA membuat tertarik untuk melakukan pekerjaan saat kehidupan saat ini.

Tidak mungkin seseorang mengerjakan sesuatu yang dalam dirinya tidak ada rekam jejak perbuatan masa lalu. Karena seseorang lahir juga sebagai akibat obsesi masa lalu yang tidak terpenuhi. Misalnya saja, seorang pembuat pesawat terbang seperti Habibie. Tidak mungkin tidak ada rekaman masa lalu dalam DNA nya tentang pesawat terbang. Mengapa???

Jenis pesawat terbang sudah ada dari sejak lama, ribuan tahun yang lalu. Ini adalah rekam jejak pesawat terbang di masa lalu, masa Ramayana dan Mahabarata. Wahana terbang tersebut disebut Vimana (bahasa Sanskrit) atau Wilamana dalam bahasa Indonesia. Ini juga sebabnya tidak semua orang tertarik dalam teknologi wahana udara tersebut.

Dikaitkan dengan Sara Samucaya, Slokantara, dan Sevaka Dharma; ada keinginan yang kuat dari dalam diri para pujangga bijak penulisnya untuk membawa kembali warisan leluhur nusantara atau Sundaland ke induknya. Ada rekaman dalam diri Bhagavan Vararuci dan Sang Pujangga penulis Slokantara dan Sevaka Dharma tentang kearifan Sindhu di masa lalu. Atau kearifan Sundaland sebagai induk peradaban Sindhu di masa lalu. Silakan baca ini.

Dalam DNA para pujangga masa lalu, penulis Sara Samucaya, Slokantara, dan Sevaka Dharma ada rekaman budaya kearifan masa lalu. Ini sebabnya para pujangga tertarik mencari hal yang sama dari Sindhu atau India.

Semua hanya kejadian berulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun