Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bukan Hanya Orang Awam, Para Suci Pun Stress

25 Desember 2021   08:42 Diperbarui: 25 Desember 2021   08:43 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak orang yang berpikir bahwa para suci dan avatar tidak bisa stress. Mereka juga stress menghadapi kehidupan. Masalahnya adalah bahwa kualitas stress yang dialami oleh para suci dan avatar amat berbeda kualitasnya dengan yang dialami oleh orang awam.

Stress yang kita alami berkaitan dengan tidak terpenuhinya keinginan kita. Mungkin dasar dari stress sama, tidak terpenuhinya keinginan. Kualitas keinginan ini yang berbeda. Keinginan kita berkaitan dengan kenyamanan badan. Keinginan untuk memenuhi nafsu indrawi. Sedangkan keinginan para suci dan avatar adalah berkaitan dengan kedamaian dunia atau kemanusiaan.

Para suci mendambakan 'kesempatan sama' Kesempatan yang sama kualitas yang seperti apa? Dalam buku Kearifan Mistisisme dikatakan sebagai berikut:

"Kesempatan sama' yang dimaksud dalam hal ini adalah berlandaskan 'Persaudaraan Umat Manusia', berlandaskan kesadaran 'Vasudhaiva Kutumbakam' - this entire world, this whole world, is but one single family.

                              (Kearifan Mistisisme by Anand Krishna) 

Kemanusiaan dalam diri manusia membuktikan adanya rasa ketuhanan dalam diri si manusia tersebut. Pada umumnya, kebanyakan dari kita pun belum percaya diri. Pastinya akan banyak yang membantah ungkapan kalimat tersebut. Ngawur saja kamu penulis, menyamaratakan semuanya. Lu aja kalee yang ga percaya diri!!!!

Silakan saja para pembaca ungkapkan kalimat demikian. Tetapi, tahukah apa yang dimasudkan dengan DIRI? Tidak dapat disangkal bahwa sedikit sekali yang memahami makna sejati dari DIRI. Kita bisa saja dengan bangga menyebutkan percaya diri. Tetapi tunggu tuan dan puan. Mampukan kita bertahan ketika ada badai menerpa kita? Pasti luntur seketika. Emosi kita naik dan bisa meledak...

Ekspresi pembaca yang menyampaikan ungkapan di atas saja sesungguhnya bukti tidak percaya diri. Buktinya??? Jelas, saat kita emosinya meninggi kemudian mengatakan yang seakan kita hebat, kita belum kenal DIRI. Saat seseorang kenal DIRI, ia akan berperilaku sebagaimana para suci dan avatar. Kita tidak akan mengatakan sesuatu yang merendahkan orang lain. Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.

DIRI yang tidak lagi terpengaruh oleh gejolak emosi adalah DIRI sejati. Bukan diri yang terdiri dari tubuh kasar. Bukan diri yang bersifat energi. Bukan pula diri yang bersifat ego atau pikiran kita. DIRI sejati manusia adalah DIRI yang bukan tubuh/fisik, bukan lapisan energi serta bukan pikiran. DIRI sejati kita adalah AKU.

Lha koq AKU???

Karena AKU ada dalam diri setiap makhluk di atas bumi ini... Sayangnya dalam artikel ini, saya tidak akan mengulas tentang AKU. Saya pernah mengulas dalam artikel sebelumnya.

'Umat manusia adalah satu umat, tunggal. Kemanusiaan kita mempersatukan kita. Terpecahnya umat manusia saat ini hanyalah membuktikan hilangnya kemanusiaan sebagai perekat (Kearifan Mistisisme)'

Leluhur kita sudah menyadari bahwa seluruh umat manusia merupakan keluarga besar, Vasudhaiva Kutumbakam. Bahkan Albert Einstain pun mengatakan bahwa kita semua disatukan oleh medan energi yang satu adanya, unified field of energy. Banyak sudah dalam kitab suci yang menyatakan bahwa ketika kita membunuh satu saja manusia, sama saja kita membunuh seluruh umat manusia. Medan energi satu orang ini tanpa kita sadari juga akan mempengaruhi kehidupan kita. Masalahnya adalah bahwa kita tidak peka. Beda dengan para suci dan avatar. Mereka memiliki kepekaan yang luar biasa. Dan inilah sebabnya mereka juga stress.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun