Pada tahun 2025 ini tepat 60 Tahun usia Harian Kompas, tepatnya berulang tahun pada 28 Juni 2025. Koran Kompas pertama kali terbit pada 28 Juni 1965, saat negeri ini sedang panas gonjang-ganjing politik menjelang peristiwa pemberontakan PKI 30 September 1965.Â
Dari catatan sejarah, ide awal penerbitan Koran Kompas datang dari Jenderal Ahmad Yani. Saat itu beliau mengutarakan keinginannya kepada Frans Xaverius Seda, sosok Menteri Perkebunan dalam kabinet Soekarno, untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Hal itu dilakukan untuk mengimbangi propaganda PKI dengan aliran komunisnya.Â
Frans Seda kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya yaitu Petrus Kanisius Ojong (Auwjong Peng Koen), seorang pimpinan redaksi mingguan Star Weekly, dan Jakob Oetama, wartawan mingguan Penabur milik gereja Katolik. PK Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.Â
Tentu saja pada masa-masa itu sebuah koran sangat penting hadir sebagai media pemberitaan yanglebih pro kepada masyarakat luas dibandingkan berita yang condong sebagai corong komunis.Â
Pada masa itu pemberitaan koran memang lebih lambat daripada pemberitaan yang berasal dari Radio misalnya RRI, BBC, ABC, VOA. Namun koran tetap terbit setiap harinya untuk memberitakan situasi negara yang sedang mengalami perubahan politik akibat adanya pemberontakan PKI.Â
Harian Kompas dengan konsisten terbit dengan mengusung nilai-nilai kerakyatan dan menjadi koran terdepan yang memperjuangkan kebenaran dengan sloganya yang terkenal: Amanat Hati Nurani Rakyat. Â
Pada usianya yang baru setahun saat ada Pemerintahan Orde Baru tahun 1966 ketika Soeharto diangkat oleh MPR menjadi Presiden menggantikan Presiden Soekarno, Koran Kompas semakin intens menyajikan berita-berita hangat kepada masyarakat.Â
Bahasanya yang lugas, bernas dan edukatif sangat bermanfaat bagi masyarakat di berbagai kalangan. Terutama bagi penulis Harian Kompas adalah koran pertama yang menjadi Guru Literasi.Â
Banyak rubrik di Koran Kompas digemari para pembacanya. Saat itu penulis juga sangat menggemari setiap cerbung (cerita bersambung) yang hadir di Harian Kompas.Â
Karmila sebuah cerbung karya mendiang Marga T yang hadir setiap hari di Koran Kompas. Teringat setiap pulang sekolah, saat itu saya sudah duduk di SMP kelas 3, saat-saat puber pertama, kisah Karmila sangat berkesan.Â