Ada yang berbeda melihat penampilan Timnas Indonesia saat menang 6-0 atas Chinese Taipei dalam International FIFA Matchday pada Jumat (5/9/25) di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya.Â
Coach Patrick Kluivert dan kolega menerapkan permainan dengan meninggalkan pola pragmatis. Kluivert menerapkan formasi 4 bek, bukan formasi 3 bek seperti sebelumnya. Sehingga pola yang digunakan adalah formasi 4-2-3-1 bukan lagi formasi 3-4-2-1.Â
Formasi ini diterapkan dengan taktik menyerang agresif dan mengandalkan penguasaan bola yang dominan. Terlepas dari lawan skuad Garuda adalah Chinese Taipei yang levelnya jauh di bawah, tetapi hasil 6 gol ke gawang lawan patut diberikan apresiasi, karena 6 gol tersebut lahir dari sebuah permainan kolektif pada situasi open play.Â
Taktik Patrick Kluivert kali ini sebenarnya bukan yang pertama diterapkan oleh skuad asuhannya. Pada Kualifikasi Piala Dunia Ronde 3 menghadapi Australia di Sydney, formasi tersebut juga diterapkan.Â
Namun saat itu tidak berhasil karena Australia terlalu cerdik memanfaatkan kelemahan transisi yang lamban dari skuad Garuda. Australia dengan kelebihan mereka berhasil menerapkan serangan balik sehingga menang 4-1 atas Indonesia.Â
Skuad Garuda belum bisa melakukan transisi dengan baik dalam laga tersebut. Alasan lain adalah skuad Australia levelnya berada di atas skuad Garuda sehingga mampu meredam setiap serangan yang dilakukan Ole Romany dan kolega pada saat itu.Â
Pada Senin (8/9/25) mulai pukul 19.30 di Stadion yang sama, Timnas Garuda akan menghadapi Lebanon. Mungkin inilah laga yang kita tunggu terutama pada saat eksperimen Patrick Kluivert dan kolega apakah bisa kembali berhasil atau gagal. Lebanon adalah tim yang sepadan dengan ranking FIFA di atas Indonesia.Â
Formasi dan taktik yang diterapkan Patrick Kluivert ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi Indonesia. Pada tahun 2017 Federasi PSSI pernah meluncurkan sebuah buku yang berisi Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia.Â
Sepak bola dengan cara bermain khas berkarakter Indonesia yang dipopulerkan dengan nama Filosofi Sepakbola Indonesia atau disingkat dengan Filanesia.Â
Buku ini diharapkan bisa menjadi fondasi sepakbola Indonesia yang terstruktur, berkarakter dan memiliki kekuatan kolektivitas yang terpadu.Â
Pentingnya sebuah fondasi dalam sepak bola menjadi pijakan awal dalam pembinaan karakter bagi para talenta-talenta. Dengan filosofi dasar yang sesuai dengan budaya, maka karakter pemain terbentuk dengan baik.Â