Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dinding Gereja Itu Terlalu Terjal

12 Desember 2020   15:24 Diperbarui: 21 Desember 2021   09:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Pixabay

Kamu memang selalu menjadi istimewa di hatiku. Terutama setiap Desember tiba. Kini kita sudah kembali bersua dengan Desember ketika semua bunga mekar mewangi di Taman Gereja Katedral Santo Petrus itu.

Kamu setiap Minggu pagi pasti sudah di sana menungguku hanya ingin sekedar bertemu sesaat. 

"Selamat pagi Kayla!" Sapamu. Aku membalas dengan senyum yang aku ukir semanis dan sesayang seperti cintaku. 

Lalu Kamu biasanya menyematkan setangkai bunga melati di telinga kananku. 

"Bagaimana misamu pagi ini?" Tanyamu. 

"Banyak pesan luhur bagi kedamaian Bumi ini." 

"Syukurlah semoga juga bisa mendamaikan hatiku." Katamu. 

Aku tertunduk mendengar ucapanmu karena pasti Kamu merasa tidak mendapatkan kedamaian ketika cinta kita tidak dapat restu dari orang tuaku. 

Dinding Gereja itu terlalu terjal jika harus aku daki. Bahkan mungkin jika saja kita bisa bisa mendaki bersama namun tetap saja, Kamu tidak mungkin bisa menggapai cinta itu. 

"Hen. Maafkan aku." Aku masih tertunduk dan Kamu mencoba memberikan kekuatan. Kamu menyentuh kedua pipiku penuh kasih. Dibiarkannya mataku memandang wajahmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun