Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Fenomena Adaptasi Kebiasaan Baru di Masyarakat Menuju "New Normal"

12 Juni 2020   16:31 Diperbarui: 12 Juni 2020   17:06 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenaga Medis termenung lesu. Tetap semangat (Foto ANTARA/Muhammad Adimaja)

Kebijakan Pemerintah tentu tidak hanya bertujuan pemulihan ekonomi semata dengan melakukan pelonggaran secara masif. Tetapi juga harus diiringi dan diimbangi dengan sosialisasi dan edukasi yang intensif. Masyarakat harus paham apa yang harus dilakukan untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru ini. Kita harus optimis. 

Sejak pertama kali dicanangkan Presiden Jokowi bahwa kini saatnya kita memulai melakukan adaptasi menuju kehidupan "new normal"maka masyarakat menyambut dengan suka cita. 

Banyak yang menganggap kata "new normal" tersebut sebagai gambaran situasi sudah kembali normal. 

Paling tidak itu yang kita bisa tangkap dari fakta di lapangan yaitu adanya aktivitas masyarakat yang mulai menyukai keramaian dan kerumunan. Begitu pula protokol kesehatan yang sudah mulai diabaikan. 

Pemerintah dengan jajarannya dibantu para tokoh masyarakat dan para pemuka agama, berupaya secara terus menerus memberikan edukasi kepada masyarakat. 

Hal ini penting agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memahami tahapan demi tahapan untuk menuju kehidupan "new normal' yang dimaksud oleh Pak Jokowi. 

Memang tidak mudah untuk melakukan adaptasi kebiasaan baru ini. Walaupun sudah tiga bulan kita menghadapi PSBB dengan mentaati protokol kesehatan berstandar WHO, tetapi itu rupanya belum cukup. 

Masyarakat belum sepenuhnya patuh dan paham protokol kesehatan sebagai prasyarat untuk program transisi jika dilakukan Pelonggaran PSBB di beberapa daerah. 

Kekhawatiran kembali terjadinya lonjakan paparan gelombang kedua sudah di depan mata. Presiden Jokowi sudah mewanti-wanti agar paparan gelombang kedua tidak terjadi.

Epidemiolog UI dr. Pandu Riono berpendapat bahwa  pemerintah perlu meningkatkan pengamatan penyakit, mulai dari tes covid-19  massal, penelusuran kontak, hingga isolasi pasien positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun