Mohon tunggu...
Henny Nur Aini
Henny Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Bengkulu

Mengerjakan dan Menyelesaikan Tugas Adalah Kewajiban

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Inflasi Tidak Dirasakan Secara Merata?

13 Mei 2024   20:55 Diperbarui: 13 Mei 2024   22:02 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.faisol.id/2021/02/inflasi.html

Perekonomian di Indonesia saat ini mengalami ancaman. Ancaman tersebut datang dari inflasi. Data Badan Pusat Statistik pada 2024 menunjukkan bahwa Indonesia per Januari 2024 mengalami inflasi year on year sebesar 2,57 persen dengan angka 105,19 dari segi Indeks Harga Konsumen (IHK) (Badan Pusat Statistik, 2024). Inflasi year on year dapat terjadi akibat dari adanya kenaikan harga yang ditinjau dari aspek pengeluaran, seperti kelompok rekreasi, pendidikan, penyediaan makanan, perawatan, kesehatan, tembakau, pakaian, dan pangan.

Titik permasalahan dari sebuah inflasi tidak hanya terbatas pada kenaikan harga. Permasalahan lainnya dari inflasi adalah ketidakmerataan dari dampak inflasi. Mengingat realitas bahwa setiap daerah memiliki potensi, koneksi, dan keberdayaan ekonomi yang berbeda-beda, inflasi pada setiap daerah pun berbeda. Data per April 2024 menunjukkan bahwa inflasi di berbagai daerah di Indonesia tergolong berbeda-beda. Tingkat inflasi di Provinsi DKI Jakarta berada di angka 2,11%; Provinsi Sumatera Utara berada di angka 3,96%; Provinsi Kalimantan Timur berada di angka 3,21%; Provinsi Gorontalo berada di angka 4,65%; Provinsi Papua Barat berada di angka 3,59% (Badan Pusat Statistik, 2024). Angka ini berbeda-beda karena tingkat kemampuan provinsi dalam menangani inflasi berbeda. Berdasarkan data tersebut, tingkat inflasi di Jakarta tergolong lebih rendah daripada Gorontalo. Ini menunjukkan bahwa Gorontalo merasakan dampak inflasi yang lebih besar pada 2024 dibandingkan Jakarta.

Inflasi merupakan salah satu masalah yang masih menghantui perekonomian Indonesia saat ini. Inflasi sangat berdampak buruk bagi perekonomian, mengingat harga yang makin mahal akan mengurangi daya beli masyarakat. Ketika hendak membeli cabai, misalnya, harga cabai rawit pada 2014 berada di sekitar Rp36.000 per kilogram. Harga ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan harga cabai pada 2024, yaitu sekitar Rp60.000 per kilogram. Dengan jumlah barang yang sama, namun harga yang lebih mahal, kenaikan harga akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Makin kurangnya daya beli, makin sedikit jumlah pembelian sehingga transaksi makin sedikit. Apabila tidak bisa menekan laju inflasi, harga barang di Indonesia akan makin mahal, masyarakat akan makin kesulitan, dan protes akan dilakukan di mana-mana.

Inflasi yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain disebabkan oleh adanya kondisi perekonomian yang berbeda-beda. Kondisi ekonomi daerah berkaitan dengan seberapa produktif daerah tertentu dalam menggerakkan perekonomain. Daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi lebih cepat akan berkemungkinan memiliki tingkat inflasi yang lebih tinggi akibat adanya permintaan yang tinggi. Ini juga mengingat bahwa pusat perekonomian yang maju adalah tempat sasaran transmigrasi dilakukan. Dengan permintaan yang tinggi, kenaikan harga akan terjadi. Sebaliknya, daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat dapat memiliki inflasi yang lebih rendah karena permintaan yang tergolong rendah.

Kondisi perekonomian ini tentu dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Secara umum kemampuan masyarakat perkotaan dalam kaitannya dengan daya beli tentu lebih besar daripada masyarakat pedesaan. Daya beli yang lebih besar ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat perkotaan yang cenderung lebih besar sehingga uang yang dibelanjakan lebih banyak. Dengan daya beli yang makin besar, permintaan terhadap barang tertentu pun makin banyak. Inilah yang menyebabkan inflasi harga barang tertentu. Kondisi ini tentu berkebalikan dengan masyarakat pedesaan secara umum yang memiliki pendapatan lebih rendah. Dengan pendapatan lebih rendah, permintaan cenderung stabil, hampir sama dari hari ke hari, kecuali pada momen tertentu.


Inflasi juga berkaitan dengan keadaan daerah. Daerah yang memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak akan menyebabkan permintaan terhadap barang lebih besar, terlebih permintaan terhadap barang-baran pokok seperti sembako.  Akibat adanya permintaan yang bertambah, harga pun akan makin naik. Harga bisa naik akibat adanya keinginan pedagang memeroleh untung lebih besar dan peningkatan biaya produksi. Ini pun berlaku pada kasus sebaliknya. Daerah yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit akan menyebabkan permintaan terhadap barang tertentu lebih sedikit. Inilah alasan mengapa harga pangan di Jakarta, misalnya, lebih mahal daripada harga pangan di daerah lain yang penduduknya lebih sedikit seperti DI Yogyakarta.

Inflasi yang berbeda-beda di setiap daerah menyebabkan adanya ketimpangan. Ketimpangan ini dirasakan dari adanya harga yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Daerah yang memiliki ketahanan terhadap inflasi lebih baik akan memiliki harga barang yang lebih murah, sedangkan daerah yang kurang tahan dengan inflasi akan memiliki peningkatan harga lebih signifikan. Data per Mei 2023 menunjukkan bahwa harga bawang merah di DKI Jakarta berada di angka Rp49.130 per kilogram dan Jawa Barat berada di angka Rp38.540. Namun, pada Mei 2024, harga bawang merah di DKI Jakarta berada di angka Rp65.620 dan Jawa Barat berada di angka Rp55.460 (Badan Pangan Nasional, 2024). Perbedaan harga dari dua provinsi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Barat cenderung mendapatkan harga pangan yang lebih murah daripada masyarakat DKI Jakarta. Dampaknya adalah barang yang diperoleh masyarakat DKI Jakarta akan lebih sedikit, padahal jumlahnya sama. Ini dapat menurunkan daya beli masyarakat karena harga yang meningkat.

Inflasi merupakan sesuatu yang dirasakan semua masyarakat, tetapi tidak merata dampaknya. Dengan faktor seperti daya beli, kondisi perekonomian, dan jumlah penduduk yang berbeda-beda daerah satu dengan daerah lain, harga barang di pasar berbeda-beda. Meskipun demikian, inflasi merupakan sebuah masalah yang menyebabkan adanya ketimpangan ekonomi. Dengan demikian, pemerataan terhadap inflasi adalah hal yang perlu diseriuskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun