Perjalanan semalam menuju Jogja ini akan kunikmati sambil bermimpi. Di luar, deru mesin bernyanyi, sama sekali tak merdu. Layaknya suara radio menutup siarannya.
Lelaki di sampingku tersenyum ramah, terlihat santun. Aku tak berkata-kata selain membalas sapaannya. Lalu, pertanyaan lainnya;
"Mau ke mana?"
Bukankah dia tahu ini bus menuju Jogja.
"Ke Jogja, pastinya."
"Oh, ngapain?"Â
"Jalan-jalan," jawabku malas-malasan.
Kenapa dia terus saja berceloteh? Sementara roda bus sudah ribuan kali berputar. Aku tak butuh ceritanya, tentang dirinya, tentang pacarnya yang suka merajuk tapi manja. Bibirnya tak henti-henti menumpahkan cerita.
"Maaf, aku ngantuk."
Hanya itu yang membuatnya malu hati dan tak mendongeng lagi.