Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang Pintar Cuman Kalah Sama Orang yang Beruntung

22 November 2019   19:08 Diperbarui: 22 November 2019   23:12 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.cnbcindonesia.com

Itu adalah pernyataan Raffi Ahmad, selebritas Indonesia, suami dari Nagita Salvina atau Gigi. Pernyataan itu sedang disebut-sebut saat ini di kalangan kaum milenial sebagai quote Raffi Ahmad.

Ceritanya, Raffi dan Gigi bersama putranya, Rafathar, dan tim Youtubenya, Rans Entertainment, bernostalgia di kampus di mana Gigi dulu berkuliah, yakni The Australian National University (ANU) Canberra, Australia.

Melihat kampus itu, Raffi menduga bahwa pastilah yang berkuliah di situ adalah anak orang-orang kaya seperti Gigi. Namun, Gigi mengatakan bahwa ANU adalah universitas negeri. Gigi tampak tidak tertarik dengan sebutan orang kaya kepada dirinya. 

Gigi berkata bahwa ANU itu bukan untuk orang kaya tetapi untuk orang pintar. Kalimat Gigi itu disambut Raffi dengan berkata, "Orang pintar boleh, tapi orang pintar cuma kalah sama orang yang beruntung" sambil tersenyum seakan mengesankan Raffi melihat dirinya sebagai salah satu orang yang beruntung itu.

Raffi sendiri menyelesaikan pendidikan formal terakhir di jenjang SMA. Namun, jangan tanya soal kekayaannya. Dilansir oleh Finansialku, Raffi menduduki peringkat satu selebritas terkaya di Indonesia tahun 2019 menurut versi Forbes.

Kekayaan itu dikumpulkan Raffi dari dunia entertainment yang telah digelutinya kurang lebih 20 tahun dan menjadikannya salah satu artis dengan bayaran termahal. Raffi juga memiliki kerajaan bisnisnya sendiri dan juga sekarang aktif sebagai Youtuber yang kian menambah pundi-pundi kekayaannya.

Apakah Raffi termasuk kategori orang yang beruntung?

Saya pikir, tidak. Mungkin Raffi beruntung bertemu dengan orang yang memperkenalkannya pada dunia entertainment. Akan tetapi, kekayaan yang diperolehnya bukanlah keberuntungan melainkan hasil dari kerja keras yang selama ini nyata pula dirasakan oleh orang-orang di sekitar kehidupan pribadinya, khususnya keluarganya.

Raffi nyaris tidak punya waktu bersama keluarganya. Dari pagi hingga pagi ia terus bekerja. Hingga beberapa bulan terakhir Raffi dinyatakan mengalami sakit. Dari situ, Raffi akhirnya berpikir untuk beristirahat sejenak dari dunia entertainment. Bersama dengan istri dan anaknya, Rafi melakukan perjalanan keliling dunia. Ia ingin sepenuhnya ada bersama keluarganya tanpa diganggu oleh panggilan pekerjaan apa pun.

ilustrasi: mojok
ilustrasi: mojok
Lalu, siapa orang yang beruntung itu? Ibu Susi Pudjiastuti?

Ketika Jokowi memilihnya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (2014-2019), Beliau berstatus pendidikan terakhir SMP. SP adalah seorang pengusaha yang sukses. Seperti Raffi, kekayaannya sebagai pengusaha bukanlah keberuntungan tetapi hasil kerja keras.

Menjadi menteri itulah mungkin bisa dibilang keberuntungan. SP beruntung diketahui kemampuannya oleh seorang Presiden bernama Jokowi. Keberanian Jokowi untuk mendudukan seorang berijazah SMP menjadi menteri adalah anugerah Tuhan bagi SP.

Itulah keberuntungan, sebab orang yang berlatar belakang pendidikan tinggi khususnya di bidang kelautan dan perikanan tidak sedikit, tetapi SP yang terpilih.

Contoh tentang orang yang beruntung mungkin bisa lebih jelas kita lihat pada apa yang dialami oleh Betrand Peto, remaja asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang diangkat anak oleh selebritas Ruben Onsu dan istrinya, Sarwendah Tan, sehingga namanya pun menjadi Betrand Peto Putra Onsu.

Banyak anak yang memiliki suara emas, tetapi tidak seberuntung Betrand sehingga bakat menyanyi mereka tidak diketahui publik. Banyak anak yang cerdas, tetapi tidak mengalami seperti yang dialami oleh Betrand, yang diangkat anak oleh sepasang orangtua yang mampu menyekolahkannya di sekolah bermutu dan dipersiapkan untuk mengecap pendidikan setinggi-tingginya di tempat yang terbaik.

Saya pikir, Betrand dapat disebut adalah salah satu orang yang beruntung itu.

***

Menjadi orang beruntung itu adalah keputusan Tuhan. Sebuah anugerah yang tidak dapat dibeli dengan apa pun. Beberapa orang menerima anugerah itu di hidupnya. Sebagian lainnya harus berjuang keras untuk meraih impiannya.

Menjadi orang beruntung bukanlah pilihan. Kita hanya dapat memilih menjadi orang pintar atau tetap tidak pintar. Tidak ada orang bodoh. Yang ada hanyalah orang yang belum pintar saja.

Siapa pun masih bisa belajar selagi masih hidup, kecuali orang yang mengalami gangguan kesehatan pada mental dan otaknya dan kecuali dia sendiri tidak mau belajar hingga ia mati, itu baru bodoh.

Karena pintar itu tidak harus cerdas. Kata 'cerdas' walaupun bersinonim dengan kata 'pintar', tetapi cerdas memiliki arti kekhasan yang merujuk kepada kepintaran secara intelektualitas.

Sementara pintar tidak bertumpu pada kecerdasan intelektual semata. Pintar memiliki arti lebih luas daripada cerdas. Kita bisa lihat itu pada padanan kata 'pintar': cakap, pandai, piawai, mahir, ulung, sanggup, terampil, terlatih, berpengalaman, dan sebagainya.

Contoh perbedaan dalam kalimat: "Ibuku pandai memasak". Bukan: "Ibuku cerdas memasak". Jika kedua kata itu dipakai, maka "Ibuku cerdas membuat resep makanan dan tanteku pandai mengolah resep itu menjadi sajian yang lezat". Pintar itu lebih identik dengan kecakapan. 

Orang cerdas belum tentu pintar dan orang pintar tidak selalu cerdas intelektual. 

Tidak semua orang ber-IQ tinggi. Tidak semua orang berprestasi terbaik secara akademis. Namun, bila ia pintar mengelola hidupnya dengan baik, maka ia bisa menjadi sama dengan orang yang beruntung.

Oleh karena itu, kita menemukan fakta kehidupan di mana teman kita yang dulu di bangku sekolah tidak juara kelas, tidak berprestasi, nilainya banyakan merah, naik kelas didongkrak guru, atau lainnya, di kemudian hari kita bertemu, dia lebih sukses atau hidupnya jauh lebih mapan dari orang yang dulu di kelas terkenal super cerdas. Ya, kan?

Karena, sekalipun dia tidak cerdas, dia pintar. Pintar mengelola hidupnya guna meraih harapannya tanpa harus menjadi orang yang beruntung tetapi menikmati hidup secara beruntung.

Raffi Ahmad mungkin tidak cerdas di bangku sekolah, tetapi dia adalah seorang yang pintar. Pintar mengerjakan kemampuan dirinya di dunia entertainment, di dunia bisnis, serta media sosial Youtube dan berhasil.

Tanpa Raffi sadari, dia juga memiliki kecerdasan membaca peluang dirinya di situ, kecerdasan membaca peluang diikuti kepintaran mengelola kemampuan diri memberi hasil yang memuaskan.

Tidak semua orang adalah cerdas dan tidak semua orang adalah beruntung, tetapi semua orang dapat menjadi orang pintar selagi dia tidak berhenti belajar dan terus belajar menjadi cakap mengelola kemampuan dirinya.

Lalu, bagaimana dengan orang yang beruntung yang mengalahkan orang pintar? Maksudnya, Anda mau menunggu menjadi orang beruntung?

Orang yang menunggu menjadi orang yang beruntung sama seperti orang yang ingin mendapatkan ikan dari danau dengan hanya duduk diam menatap air berharap ikan lompat ke pelukan. Tunggulah itu, maka Anda tidak akan mendapatkan apa-apa.

Menjadi orang yang beruntung bukanlah hal yang ditunggu, tetapi yang datang tanpa dinantikan. Anugerah yang tidak semua orang menerimanya. Dapat dikatakan, bahwa menjadi orang beruntung itu adalah ketidakpastian, tetapi menjadi orang pintar itu adalah pasti jika kita mau belajar dan tidak berhenti belajar dan belajar.

Jadilah orang pintar, yakni jadilah orang yang cakap di bidang yang sedang Anda kerjakan atau tekuni saat ini.

Motivasilah diri sendiri untuk tidak menjadi orang yang biasa-biasa saja dengan tidak berhenti belajar sehingga perlahan tetapi pasti kemampuan diri pun terus makin meningkat. Hari esok pasti akan selalu lebih baik dari hari ini jika kita mau belajar.

Paling tidak, jadilah orang yang dicari dan dibutuhkan. Beberapa orang malah mengeluh dengan hal ini, "Mengapa sih harus saya terus?" Seharusnya, bersyukur bila demikian. Itu berarti Anda pintar di bidang Anda. Daripada tidak ada Anda tidak ngaruh?

Cerdaslah! Bila tidak, pintarlah! Bukankah orang pintar hanya satu level di bawah orang yang beruntung?

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun