Bencana sedang melanda dunia. Gempa, badai, banjir, tsunami, dan lainnya, mencatat sejarah kelam nan memilukan di berbagai belahan dunia. Dunia saat ini sedang ditampar dengan kemahakuasaan-Nya.
Ternyata kita hanya manusia saja. Kekuasaan tertinggi di dunia tidak dapat menjajah Allah. Kehebatan dunia tidak dapat mengatur Allah.
Agama tidak dapat menguasai kehendak Allah. Uang tak dapat membeli kedahsyatan-Nya. Kita hanya ciptaan. Bukan Pencipta.
Manusia berlomba-lomba menunjukkan kehebatan dan kekuasaan seolah bisa mengatur segalanya dengan uang dan kekuasaan.
Menyeret-nyeret nama-Nya ke ranah kepentingan manusia dan duniawi. Menyebut keinginan manusia sebagai keinginan-Nya. Mencampuradukkan kekudusan-Nya dengan perkara-perkara nafsu duniawi.
Manusia cenderung tak peduli dengan hewan dan tanaman. Hewan-hewan berteriak meminta perlindungan-Nya. Tanaman dan tumbuh-tumbuhan berseru memohon pengasihan-Nya.
Manusia tak perduli dengan alam kehidupannya sendiri. Tanah kepanasan. Awan mengering. Alam menjerit: "Tuhan, tolonglah kami".
Seketika Allah menampar kesombongan manusia. Kecil saja. Itu baru secuil kemahakuasaan-Nya ditunjukkan. Manusia terpaku.
Simbol-simbol kehebatan manusia sekecap hancur lebur, hilang tersapu badai dan luapan air lautan. Menyapu bersih apa yang dibanggakan oleh manusia.
Tak ada lagi perbedaan. Tak ada lagi orang kaya atau orang miskin. Tak ada lagi agama apa, kasta, suku, status sosial, kedudukan, dan kehormatan dunia.
Yang ada hanya manusia dan Tuhan. Manusia-manusia yang tak berdaya di bawah kedahsyatan kuasa-Nya.