Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membermaknakan Suara Azan Bagi Umat non-Muslim di Indonesia

26 Agustus 2018   17:46 Diperbarui: 29 Januari 2019   17:11 2840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beberapa tulisan, saya menemukan penulisan kata "azan" menggunakan huruf "d", yakni "adzan", maka saya mengetik 'adzan' pada kotak cari kata KBBI Online/Daring. Hasilnya: 'adzan' adalah bentuk tidak baku dari kata baku 'azan'. Jadi dalam penulisan kata 'adzan' seharusnya ditulis 'azan', dan itu yang saya gunakan.

Jadi ingat ketika hendak menulis artikel Dari Cebong ke Mak-mak. Saya mengetik "emak" pada kotak cari kata KBBI Versi Oline. Hasilnya: "mak ? 1mak". Pada KBBI Daring tertulis: 'emak' bentuk tidak baku dari kata 'mak'. Oleh sebab itu saya tidak menulis "emak", tapi "mak". Penyebutannya "emak", tapi penulisannya "mak".

Sayang sekali tulisan di media cetak maupun televisi, jargon "mak-mak" ditulis dengan "emak-emak". Karena, menurut saya, media arus utama seharusnya menjadi media pembelajaran penggunaan Bahasa Indonesia yang benar, di mana kata-kata yang digunakan adalah kata Bahasa Indonesia baku.

Hal ini penting bukan sekadar untuk para pelajar yang masih duduk di bangku pendidikan, tapi untuk seluruh rakyat Indonesia, khususnya untuk para penulis, lebih khusus kita di sini yang kerjanya menulis. Lebih dari khusus, saya, yang perlu belajar lagi Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Namun, artikel ini tidak membahas itu. Sekadar pengantar saja untuk menyampaikan bahwa penulisan kata dan pengertian 'azan' di sini bersumber dari KBBI Online/Daring. Sementara arti 'membermaknakan' adalah 'menjadikan bermakna'. Menjadikan suara Azan bermakna bagi umat non-Muslim di Indonesia.

Bunyi Lonceng Gereja

Secara umum Lonceng Gereja dibunyikan untuk dua arti: [1] Ibadah; [2] pertanda ada dukacita. Kedua arti ini umumnya ada di semua gereja, lebih standar lagi adalah bunyi lonceng Ibadah.

Lonceng Gereja pertanda ada dukacita dibunyikan bilamana ada anggota jemaat yang meninggal. Hal ini segera diketahui oleh jemaat bila tiba-tiba saja Lonceng Gereja berbunyi di luar hari atau jam Ibadah Jemaat dilaksanakan.

Bunyi yang tidak lazim waktu berbunyinya ini seringkali diberi tanda dengan jumlah hitungan dentang lonceng yang lebih banyak atau berulang-ulang.

Akan tetapi, di sini bicara tentang bunyi Lonceng Gereja untuk arti yang pertama, yakni Ibadah. Lonceng Gereja untuk arti Ibadah umumnya dibunyikan tiga kali.

Biasanya, bunyi pertama berdentang 3 jam sebelum waktu ibadah dimulai. Jemaat biasa menyebut ini Lonceng 3. Bunyi kedua 2 jam sebelum waktu Ibadah dimulai (Lonceng 2), dan bunyi ketiga 1 jam atau 1/2 jam sebelum waktu Ibadah dimulai (Lonceng 1). 

Arti bunyi lonceng itu adalah pertama, pengingat waktu beribadah jemaat: jemaat diingatkan bahwa hari ini adalah waktu untuk beribadah jemaat di gedung gereja.

Kedua, panggilan beribadah: jemaat dipanggil untuk beribadah bersama jemaat lainnya di gedung gereja.

Ketiga, peringatan bersiap sedialah: jemaat diingatkan untuk bersiap sedia karena waktu ibadah dimulai makin dekat.

Makna bunyi Lonceng Gereja adalah maksudnya untuk manusia, yakni untuk didengar telinga manusia dan tujuannya adalah Allah, yakni untuk beribadah kepada Allah. Lonceng itu didengarkan ke telinga jemaat guna mengetuk hati jemaat agar mengingat akan Allah dan beribadah kepada-Nya.

Suara Azan

KBBI Oline/Daring menyebutkan "azan", artinya seruan untuk mengajak orang melakukan salat. Lalu, apa arti salat? Tertulis artinya: 1. n Isl rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah Swt., wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam; n Isl doa kepada Allah.

Berdasarkan definisi itu, maka suara Azan juga memiliki arti yang sama, yakni pengingat waktu salat, panggilan salat dan peringatan bersiap sedialah untuk melaksanakan kewajiban ibadah itu.

Makna suara Azan adalah maksudnya untuk manusia, yakni untuk didengar telinga manusia, dan tujuannya adalah Allah, yakni untuk beribadah kepada Allah. Suara Azan didengarkan ke telinga jemaah guna mengetuk hati jemaah agar mengingat akan Allah dan beribadah kepada-Nya.

Pemaknaan Suara Azan Bagi Non-Muslim, Khususnya Kristen.

Keberadaan bangsa Indonesia adalah bangsa ber-Tuhan termaktub jelas dan tegas pada dasar negara kita, Pancasila, butir pertama: "Ketuhanan Yang Mahaesa". Agama berbeda, tapi Allah hanya satu, Allah Pencipta Yang Esa.

Adalah fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Muslim. Dengan demikian, adalah wajar pula bila jumlah tempat ibadat umat Muslim, yakni Masjid dan Musala, lebih banyak dari pada rumah ibadat non-Muslim, sebab penganut agama Islam lebih banyak dari non-Muslim.

Penganut non-Muslim, khususnya Kristen, harus menginsafi ini. Adalah wajar bila rumah ibadat Islam ada di mana-mana lebih banyak dan lebih berdekatan dari pada rumah Ibadat non-Muslim. Hal yang sama pula berlaku di negara-negara berpenduduk mayoritas Kristen, yakni gedung gereja lebih banyak dari pada Masjid dan Musala.

Dengan demikian rumah penduduk non-Muslim akan lebih banyak berdekatan dengan Masjid atau Musala dari pada dengan rumah ibadat agama sendiri. Dengan itu pula suara Azan akan setiap hari didengar oleh penduduk non-Muslim.

Umat non-Muslim harus mengerti makna suara Azan seperti yang penulis paparkan di atas. Meski suara Azan keluar dari rumah ibadat Islam dan adalah keyakinan Islam, tapi sesungguhnya makna luas suara Azan tidak untuk kaum Muslim semata.

Karena Allah itu Esa. Bukan 1000 Agama, 1000 Allah. Suara Azan memang secara khusus mengingatkan umat Muslim, tetapi pada saat yang sama juga mengingatkan seluruh umat beragama akan Allah Yang Mahaesa.

Suara Azan menjadi peringatan bagi semua umat beragama untuk jangan melupakan Allah dan jangan tidak beribadah kepada-Nya.

Suara Azan mengingatkan umat Kristen akan Allah Tritunggal, mengingatkan umat Hindu akan Hyang Widhi, mengingatkan umat Buddha akan Sangyang Adi Buddha, dan mengingatkan umat Konghucu akan Huang Tian. Semua diingatkan untuk jangan lupa beribadah kepada-Nya.

Bersyukur kita yang non-Muslim ini tiap hari juga diingatkan akan Allah Pencipta Yang Esa lewat suara Azan. Diingatkan saja belum tentu didengarkan apalagi tidak diingatkan. Suara Azan terdengar, non-Muslim mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Bagi orang Kristen, suara Azan itu sama tujuannya dengan bunyi Lonceng Gereja. Tiap kali suara Azan terdengar, itulah bunyi Lonceng Gereja buat kita untuk mengingat akan Allah Bapa Pencipta langit dan bumi dan seluruh isinya.

Tiap kali mendengar suara Azan, kita memaknai itu bahwa kita pun sedang diingatkan: Jangan lupa Tuhan! Jangan hidup jauh dari Tuhan! Jangan hidup sesuka hati seolah tidak ada Tuhan.

Suara Azan adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari di negara ini. Suara Azan itu mulia: mengingatkan manusia akan Sang Pencipta dan beribadah kepada-Nya. Suara Azan mengingatkan semua umat beragama untuk memeriksa kehidupan beribadah kepada-Nya sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Jika demikian, maka suara Azan adalah indah bagi semua umat beragama di bumi persada RI ini. Hargai dan hormati keyakinan orang lain dengan kita tidak kehilangan makna ilahi sesuai dengan keyakinan kita masing-masing.

Membermaknakan suara Azan bagi umat non-Muslim di NKRI adalah penting karena wawasan keimanan kita tidaklah sempit. Dengan dengan demikian kesatuan dan persatuan umat beragama di Indonesia tidak goyah, karena kita berdasar pada satu pengakuan bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa ber-Ketuhanan Yang Mahaesa.

Volume Suara Azan

Di tengah keriuhan hal volume suara Azan saat ini, kalau boleh berpendapat, justru ketika volume Azan itu sayup-sayup artinya tidak dengan volume keras, suara Azan itu menyentuh hati.

Suara Azan sesungguhnya bukan untuk telinga tapi untuk hati, bukan? Sasaran akhir suara Azan adalah hati manusia melalui pendengaran telinganya. Kalau volume suara terlalu keras bisa hanya untuk telinga tapi tidak landas di hati.

Banyak pelajaran yang harus dipetik dari kasus Ibu Meiliana untuk semua pihak. Semoga ke depan, pengaturan volume suara Azan ini bisa ditertibkan sesuai dengan peraturan yang sudah ada untuk itu.

Karena sesungguhnya, makna luas suara Azan itu bukan semata-mata untuk kaum Muslim, tapi untuk seluruh umat beragama untuk mengingat akan Allah Yang Mahaesa dan memeriksa kehidupan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun