"Pasti soal kak Radit." Ucap Ana tenang, Yana mengangguk. "Sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi." Lanjut Ana.
"Aku gak ada masalah kalau dia suka sama kak Radit, tapi yang bikin aku sedih tuh waktu dia bilang aku cewek gak tau diri. Cewek jelek dan gak pantes buat kak Radit. Aku gak selevel kalau bersaing dengannya." Yana bercerita dengan mata berkaca-kaca.
"Apa? Dia bilang gitu? Kurang ajar banget. Dia pikir dia cantik? Cewek bawel, jutek, sombong kek gitu gak pantes buat kak Radit. Lagian juga dia gak pinter-pinter amat. Mentang-mentang dia keponakan kepala sekolah, terus dia seenaknya aja bilang gitu. Huh.....dasar nenek sihir" ucap Lina dengan penuh kemarahan. Yana dan Ana hanya melongo melihat Lina yang ngomel sendiri. Beberapa siswa yang ada di kelas itu pun heran dengan kelakuan Lina, tapi Lina tetap saja ngomel tak karuan, Ana dan Yana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ulah temannya itu
***
Malam yang dinanti telah tiba. Malam dana yang diselenggarakan SMA Merpati riuh ramai dengan sorakan penonton yang menyaksikan aksi kreativitas yang ditampilkan di panggung. Selain pergelaran unjuk kreativitas, juga ada bazar yang sebagian hasilnya disumbangkan. Yana dengan gaun malam putihnya terlihat manis, sementara Lina dengan gaun hitamnya terlihat sangat cantik. Sayangnya Ana tidak bisa ikut karena sedang sakit. Pertandingan pencak silat yang kemarin dihadapinya menguras tenaga
Deuh, yg lgi sng mo blg cinta.Â
Goda Ana lewat sms ke Yana, yang menerima sms hanya tersenyum simpul.
"Siapa Yan?" tanya Lina, "Ana." Jawab Yana kemudian menunjukkan sms itu. Lina hanya membulatkan mulutnya kemudian menikmati musik yang dibawakan oleh band yang sedang tampil.
Doain sukses ya. Balas Yana.Â
Wish u d'best. Balas Ana lagi.
Saat yang ditunggu Yana tiba, dengan hati berdebar, ia mendekati Radit. Lina hanya memperhatikan dari jarak jauh, ia pun tak kalah deg-degan juga.