Mohon tunggu...
Hening Nugroho
Hening Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Laki-laki

Menulis itu sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nosegay

28 Januari 2021   17:40 Diperbarui: 28 Januari 2021   17:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam sebuah pesta aku ambil satu-persatu bunga mawar, merah dan putih, bunga
yang tersusun rapi di atas vas, pertama kali kupandang tak terlihat indah, apa mungkin aku minum terlalu banyak, apakah diriku mabuk sehingga keindahan bunga itu mengabur, barangkali bunga itu bisa bercanda, "Hei! Manusia! Apa kau lupa siapa?"

Aku mulai bertanya, "Siapa? Apa maksudnya?"

"Diriku?" kata bunga itu.

"Diriku?" aku terkesiap

"Ya, dirimu?" kata bunga itu lagi.

Aneh, bunga itu malah menunjuk siapa diriku, bukankah yang dia tanyakan siapa
dirinya. Lagian kenapa aku bertanya kepada bunga, dasar aneh, sinting, bunga diajak bicara. 


Tapi hikmahnya, aku jadi ingin tahu siapa diriku ini. Memang benar apa yang dikatakan bunga itu, siapa diriku? Bunga-bunga mawar, tak romantis saatku pandang, bunga yang telah kotor tercampur debu tanah, ingatlah aku.

Aku mengambil beberapa bunga itu lalu aku tiup perlahan, debu itu terbang, bunga itu
kembali cantik, aku tersenyum melihatnya seolah merasa puas, sampai kulakukan beberapa kali, kemudian bunga-bunga itu kujadikan satu sampai membentuk karangan yang sangat indah, berbeda sekali dengan yang kulihat sebelumnya, sesaat aku berpikir sesuatu yang tidak berarti apapun kini berubah menjadi berarti, inilah aku.

Aku kembali menemui makna hidup, setiap peristiwa yang kualami akan selalu aku
ambil hikmahnya, dan dari situlah aku mulai belajar untuk menata hidup, karangan bunga itulah yang menjadi makna terakhir bagiku, kini aku menjalani kehidupanku yang baru, suatu perjalanan hidup yang sangat bermakna, dan pada akhirnya setelah melewati masa-masa remajaku yang sulit, aku mulai membuka sebuah toko bunga di samping rumah dengan bunga rampai sebagai salah satu favorit anak muda saat itu, laris manis, hingga aku mempunyai beberapa toko cabang di kota-kota besar seluruh Indonesia, tidak hanya itu, aku menikah dengan seorang perempuan bernama Inaya dan dikaruniai seorang anak bernama Venya, sekarang aku hidup penuh dengan kebahagiaan, bergelimang sahabat, saudara, dan semua sangat menyayangiku, aku merasa sangat bahagia berada di samping mereka. Itu karena aku telah tahu siapa diriku.

Pada malam harinya, disaat itu aku berdiri di atap teras rumah menatap jutaan bintang
di atas sana, aku sangat ingin sekali berkata ;

"Oh Tuhan, bersyukur tanpamu aku tak bisa menjadi seperti sekarang ini," disaat yang
tidak terduga, tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun